Kultum Tentang Idul Adha

Kultum Tentang Idul Adha
Sumber gambar: pixabay

Arobiyahinstitute.com | Idul Adha merupakan salah satu hari raya umat Islam, yang dilaksanakan setelah Idul Fitri. Nah biasanya, menjelang Idul Adha mulai banyak orang-orang yang mencari kultum tentang Idul Adha. Iya kan? Jika anda juga sedang mencari kultum tentang Idul Adha, bisa simak contoh teks kultumnya berikut ini.

Kultum tentang Idul Adha


ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

Alhamdulillah, puji dan syukur atas segala rahmat yang telah Allah berikan kepada kita. Shalawat serta salam, kepada baginda Muhammad, Rasulullah saw. Sang suri tauladan yang telah memperjuangkan Islam dengan penuh perjuangan.

Hadirin yang dirahmati oleh Allah......

Kita tahu, bahwasanya umat Islam mempunyai dua hari raya. Yang pertama adalah Idul Fitri, dan yang kedua adalah Idul Adha. Namun pada kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan kultum tentang Idul Adha. Idul Adha adalah salah satu momen yang dinanti-nanti oleh semua umat Islam. Terlebih lagi ketika proses penyembelihan hewan qurban di hari-hari tasyrik.

Dalam melaksanakan proses pemotongannya, umat Islam bergotong royong, membantu satu dengan yang lainnya. Apabila kita perhatikan, ada sejarah panjang yang sangat menarik. Yakni kisah antara Nabi Ibrahim dengan sang putranya, Ismail. Dan dari kisah keduanya, ada banyak sekali hikmah yang bisa kita pelajari, dan bisa kita terapkan dalam kehidupan. Dalam hal ini, Allah berfirman di dalam QS. al-Nahl ayat 120 yang berbunyi:

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang Imam (yang dapat dijadikan teladan), qaanitan (patuh kepada Allah), dan hanif, dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang menyekutukan Allah).” (QS. An-Nahl: 120)

Hadirin yang dirahmati oleh Allah.....

Dalam ayat tersebut, Allah menyebutkan bahwasanya Nabi Ibrahim merupakan seorang imam, kemudian orang yang qaanitan, orang yang hanif, dan bukan orang yang musyrik. Dalam QS. al-Furqan ayat 74, Allah juga menyebutkan bahwasanya Nabi Ibrahim merupakan Abul Anbiyaa, yakni bapaknya para Nabi.

Selain itu, beliau juga merupakan seorang Imam yang menjadi teladan bagi semua orang. Dalam hal ini, para ahli tafsir menyebutkan, bahwasanya yang dimaksud imam dalam ayat tersebut ialah seseorang yang menjadi tauladan bagi orang orang setelahnya. MasyaAllah.

Masih tentang ayat yang tadi, bahwasanya Allah juga menyebutkan bahwasanya Nabi Ibrahim adalah orang yang patuh. Dan kepatuhan tersebut bisa kita lihat dari bagaimana ia bersikap ketika mendapatkan perintah Allah untuk menyembelih anaknya, yakni Ismail. Padahal, anak tersebut, adalah anak yang dirawat dengan sangat baik, anak yang sangat disayang oleh Ibrahim dengan Hajar, anak yang begitu didambakan, dan sangat dirindukan.

Layaknya anak-anak yang diasuh dengan penuh kasih sayang dari orang tuanya. Kepatuhan tersebut bukan hanya ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim saja, melainkan juga ditunjukkan oleh anak beliau, Ismail. Yang mana, Ismail juga patuh terhadap perintah Allah, yakni dengan mendukung ayahnya untuk melaksanakan apa yang telah Allah perintahkan, yakni menyembelihnya. Allah berfirman di dalam QS. al-Shaffat ayat 102 yang berbunyi:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ اْلسَعْىَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّى أَرَى فِى اْلمَنَامِ أَنِّى أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَاتُؤْمَرُ سَتَجِدُنِى إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِيْنَ

Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku sedang menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar””. (QS. Ash Shaffat: 102).

Jika kita ada di posisi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan melaksanakan perintah tersebut, atau malah mengingkarinya? Tidak akan semua orang mau menyembelih anaknya sendiri, apalagi anak tersebut adalah anak kebanggaan, anak yang sangat dikasihi. Dan tidak semua anak pula mau disembelih oleh orang tuanya. Namun karena keimanan yang kuat, dan yakin akan segala ketentuan yang telah Allah berikan, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail memilih untuk mentaati apapun yang telah Allah perintahkan.

Termasuk perintah untuk menyembelih. Maka dari itu, peringatan hari raya Idul Adha merupakan salah satu ajang kita berkaca pada ketaatan dan keikhlasan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Ibunda Hajar. Bagaimana kita meneladani ketaatan mereka, dan bagaimana kita mengikhlaskan apapun yang kita senangi, demi melaksanakan apapun yang telah Allah tetapkan.

Oleh karena itu, mari sama-sama kita mengambil pelajaran atau hikmah sebanyak-banyaknya dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, serta Ibunda Hajar. Agar kita menjadi hamba yang benar-benar ikhlas melaksanakan setiap perintah dan menjauhi larangan Nya. Demikian kultum tentang Idul Adha kali ini. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.