Sejarah Nabi Sulaiman Yang Diabadikan Dalam Al Qur’an
Nabi
sulaiman lahir di palestina. Beliau adalah putra dari Nabi Dawud alaihissalam.
Mereka berdua sama-sama menjadi Nabi dan Rasul bagi bangsa yahudi. Ada beberapa
kisah Nabi Sulaiman yang diabadikan dalam Al Qur’an, diantaranya adalah kisah Nabi
Sulaiman yang mampu memahami bahasa binatang, kemudian kisab Beliau dengan Ratu Bilqis, dan kisah Beliau dengan seekor semut, dan lain sebagainya.
Pada
artikel ini kami akan menceritakannya satu persatu, simak selengkapnya sampai
akhir artikel.
Kisah Nabi Sulaiman Yang Mampu Memahami Bahasa Hewan
Nabi
Sulaiman memiliki keistimewaan dapat memahami pembicaraan burung-burung dan
dapat menjelaskan isi dan kandungan pembicaraan mereka. Diriwayatkan bahwa suatu
hari Nabi Sulaiman melewati seekor burung merpati jantan yang sedang mendekati
seekor merpati betina.
Lalu
beliau berkata kepada para pengawalnya, 'Tahukah kalian apa yang dia (merpati
jantan) katakan?' Mereka balik bertanya, 'Apa yang dia katakan wahai Nabi
Allah?' Dia berkata, 'Merpati jantan itu melamar sang betina untuk menikah
dengannya, sambil berkata, 'Menikahlah denganku, aku akan tempatkan kamu di
sarang-sarang di daerah Damaskus jika engkau suka!' Nabi Sulaiman berkata,
'Karang yang akan dijadikan sarang-sarang di wilayah Damaskus tersebut terbuat
dari batu, semestinya tidak ada seorang pun yang dapat tinggal disana, tapi
seorang pelamar biasanya memang suka berdusta."
Selain
itu, Nabi Sulaiman pun dapat memahami bahasa hewan-hewan lainnya serta makhluk
lainnya dari kalangan jin. Dalilnya adalah ucapannya dalam ayat di atas,
"dan
kami diberi segala sesuatu…" (QS. An-Naml: 16)
Kisah Nabi Sulaiman dan Seekor semut
Suatu
hari Nabi Sulaiman berjalan bersama bala tentaranya yang besar. Mereka terdiri
dari jin, manusia dan burung. Jin dan manusia berjalan bersamanya, sedangkan
burung terbang di atasnya menaunginya dengan sayap, dan pada setiap kelompok
dari ketiga jenis pasukannya itu telah ditetapkan pemimpin yang mengatur
barisan mereka.
Dan
dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka
itu diatur dengan tertib (dalam barisan). (QS. An-Naml: 17)
Ketika
Sulaiman dan bala tentaranya akan melewati lembah semut, seekor semut di antara
mereka memperingatkan kaumnya segera masuk ke sarang masing-masing sebelum terinjak
oleh Sulaiman dan tentaranya, seraya dia memaklumi perbuatan Nabi Sulaiman dan
bala tentaranya karena mereka tidak mengetahui keberadaan semut-semut yang
kecil itu.
Hingga
apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut,
masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan
tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari"; (QS. An-Naml: 18)
Nabi
Sulaiman yang memahami pembicaraan semut tersebut tersenyum, dia bergembira atas
karunia Allah kepadanya yang tidak diberikan kepada selainnya. Karena itu dia berdoa
kepada Allah Ta'ala agar selalu diberikan rasa syukur kepada-Nya atas nikmat
dan kekhususan yang diberikan kepada dirinya dan berdoa agar dirinya dimudahkan
beramal shaleh serta dibangkitkan bersama hamba-hamba-Nya yang shaleh.
Maka
Dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. dan Dia
berdoa, "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu
yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk
mengerjakan amal Shaleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan
rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang Shaleh". (QS. An-Naml: 19)
Az-Zuhri
meriawayatkan bahwa suatu hari Nabi Sulaiman keluar bersama para pengawalnya
untuk melakukan shalat Istisqa (minta hujan). Namun di tengah perjalanan dia
melihat seekor semut sedang mengangkat salah satu kakinya, rupanya dia sedang
berdoa minta diturunkan hujan. Maka Nabi Sulaiman berkata kepada para
pengawalnya, "Kembalilah kalian, karena hujan telah diturunkan kepada
kalian, semut itu telah berdoa minta diturunkan hujan dan permintaannya telah dikabulkan."
Kisah Nabi Sulaiman dengan Ratu Bilqis
Bangsa
burung pada zaman Nabi Sulaiman termasuk salah satu unsur tentara kerajaan.
Biasanya mereka diminta untuk melakukan tugas tertentu dan melaporkannya secara
bergiliran.
Adapun
tugas Hud-hud adalah mencari sumber-sumber air di padang pasir saat pasukan
sedang melakukan perjalanan. Dengan kemampuan yang Allah berikan, dia dapat
menentukan tempat-tempat yang di dalamnya memiliki kandungan sumber air di
bawah bumi. Setelah dia beritahukan, maka pasukan akan menggalinya dan mengeluarkan
airnya untuk keperluan mereka.
Suatu
saat Nabi Sulaiman membutuhkan burung Hud-hud. Setelah mencarinya kesana
kemari, dia tidak dapatkan di tempat seperti biasa. Nabi Sulaiman marah dengan
ketidakhadirannya, maka dia mengancam akan menghukumnya atau bahkan
menyembelihnya, kecuali bila burung Hud-hud memberikan alasan yang dapat
diterima.
Dan
Dia memeriksa burung-burung lalu berkata, "Mengapa aku tidak melihat
hud-hud, Apakah Dia Termasuk yang tidak hadir Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya
dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar
Dia datang kepadaku dengan alasan yang terang." (QS. An-Naml: 20-21)
Tak
lama kemudian Hud-hud datang membawa informasi berharga yang belum diketahui
Nabi Sulaiman. Dia baru saja datang dari negeri Saba' yang termasuk bagian dari
negeri Yaman. Di sana didapatinya sebuah kerajaan besar yang dipimpin seorang
ratu bernama Bilqis. Awalnya Bilqis adalah anak seorang raja yang agung di negeri
Yaman. Namun setelah bapaknya meninggal, rakyatnya mengangkatnya sebagai raja.
Namun
ada juga riwayat yang mengatakan bahwa sejarahnya, setelah bapaknya meninggal, masyarakat
mengangkat orang laki-laki lain sebagai raja mereka. Namun setelah diangkat,
raja tersebut berlaku zalim sehingga kerusakan merajalela. Maka Bilqis mengatur
siasat dengan cara memintanya agar sang raja menikahinya. Raja tersebut
bersedia, namun ketika dia akan menggaulinya, Bilqis memberinya minuman khamar,
dan ketika dia mabuk kepalanya dipukul hingga tewas. Setelah itu rakyatnya
mengangkatnya sebagai ratu.
Dikisahkan
oleh Hud-hud bahwa sang ratu tersebut memiliki kerajaan yang sangat besar dan
bahwa singgasananya sangat indah dihiasai emas dan batu permata yang
berkilauan. Maka tidak lama kemudian (hud-hud datang), lalu ia berkata,
"Aku
telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu
dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai
seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta
mempunyai singgasana yang besar. (QS. An-Naml: 22-23)
Ternyata
informasi dari Hud-hud tidak hanya sampai disitu. Dia juga melaporkan kepada
Nabi Sulaiman bahwa sang ratu dan bangsanya ternyata tidak beriman dan
menyembah Allah Ta'ala. Mereka justeru menyembah matahari dan menghalangi
orang-orang yang ingin beribadah kepada Allah. Dalam syariat Rasulullah tidak
dibenarkan menobatkan seorang wanita menjadi pemimpin Negara sebagaimana diriwayatkan
dari Rasulullah dalam hadits shahih riwayat Bukhari, ketika beliau mendengar
berita bahwa penduduk Persia menobatkan putri Kisra sebagai pemimpin mereka,
maka beliau bersabda,
لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمُ
امْرَأَةً (رواه البخاري)
"Tidak
akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka (kepemimpinan) kepada
seorang wanita" (HR Bukhari)
Laporan
yang disampaikan oleh Hud-hud langsung ditanggapi oleh Nabi Sulaiman. Namun dia
tidak serta merta mempercayainya sebelum meyakini apakah yang disampaikan oleh Hud-hud
benar atau dusta. Maka dia perintahkan Hud-hud kembali ke negeri Saba' untuk
menyampaikan secarik surat dari Nabi Sulaiman yang mengajak Sang Ratu beriman
kepada Allah Ta'ala.
Hud-hud
menunaikan tugas dari Nabi Sulaiman dan membawa secarik surat untuk ratu Saba'.
Sesampainya di sana surat itupun dilemparkan di hadapan sang ratu, setelah itu
dia pun kembali.
Sulaiman
berkata, "Akan Kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk
orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkan
kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang
mereka bicarakan" (QS. An-Naml: 27-28)
Setelah
mendapatkan surat dari Nabi Sulaiman, Ratu Bilqis mengumpulkan para menteri dan
pembesar di kerajaannya. Lalu dia menyampaikan tentang surat dari Nabi Sulaiman
yang diterimanya. Surat tersebut diawali dengan basmalah dan isinya adalah
seruan untuk tunduk kepada Allah Ta'ala serta masuk berserah diri dalam
agama-Nya. Sebelum memutuskan sikap apa yang akan diambil, Ratu Bilqis ingin
mendengar masukan dari orang-orang terdekatnya, karena cara inilah yang
biasanya dia lakukan.
Para
pembesar itu memberikan masukan bahwa seandainya langkah peperangan yang harus
diambil, maka mereka telah siap dengan kekuatan dan pengalaman perang yang
dimiliki. Akan tetapi mereka menyerahkan keputusan akhir ada di tangan sang
Ratu.
Sang
Ratu ternyata memiliki pandangan tersendiri. Dia telah memperkirakan bahwa raja
pengirim surat ini tidak dapat ditandingi dan dikalahkan, dan apabila dia
menyerang negerinya pastilah dia dan rakyatnya akan dikalahkan dan akan timbul
kerusakan besar. Dirinyalah yang akan menanggung beban paling besar. Maka itu,
dia mengatur siasat untuk merayu Nabi Sulaiman agar tidak menyerang negerinya
dengan mengirim berbagai hadiah yang sangat berharga kepadanya sambil menunggu
apa yang akan dibawa kembali oleh utusannya.
Ia
(Bilqis) berkata, "Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan
kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan
sesungguhnya (isi)nya, "Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah
kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri". Dia (Bilqis) berkata,
"Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini), aku
tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis
(ku)". Mereka menjawab, "Kita adalah orang-orang yang memiliki
kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan
berada di tanganmu, maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan".
Dia berkata, "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya
mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan
demikian pulalah yang akan mereka perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirim
utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang
akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu". (QS. An-Naml: 29-35)
Ketika
utusan Bilqis datang kepada Nabi Sulaiman dengan membawa berbagai hadiah yang
sangat berharga, dia langsung menolaknya, karena bukan itu yang dia inginkan. Lagi
pula harta yang Allah berikan kepadanya jauh berlipat-lipat lebih banyak dan
lebih baik dibanding pemberian mereka.
Maka
Nabi Sulaiman memerintahkan para utusan itu untuk pulang kembali membawa hadiah
mereka, bahkan dia mengancam akan mendatangi negeri mereka dengan balatentara
yang tiada tandingannya dan akan mengeluarkan mereka dengan hina.
Ancaman
Nabi Sulaiman telah sampai kepada Ratu Bilqis dan rakyatnya. Maka, tidak ada
jalan lain bagi mereka kecuali mendengar dan ta'at kepada keputusan Nabi
Sulaiman. Lalu mereka segera menyatakan kesediannya untuk datang menghadap Nabi
Sulaiman dalam keadaan tunduk dan patuh kepadanya.
Maka
tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata, "Apakah
(patut) kamu menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku
lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya
kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu. Kembalilah kepada mereka
sungguh Kami akan mendatangi mereka dengan balatentara yang mereka tidak Kuasa
melawannya, dan pasti Kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan
terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina". (QS. An-Naml:
36-37)
Ketika
Nabi Sulaiman mendengar berita rencana kedatangan Ratu Bilqis beserta
pengikutnya, dia segera mengumpulkan para pembantunya termasuk dari kalangan
jin. Rupanya nabi Sulaiman ingin membuat kejutan dengan mendatangkan singgasana
Ratu Bilqis sebelum dia tiba di hadapannya. Maka rencana tersebut dia tawarkan
kepada para pembantunya.
Awalnya
Ifrit, makhluk jin, menyatakan siap mendatangkannya sebelum beliau (Nabi
Sulaiman) bangkit dari singgasananya. Diperkirakan waktunya antara pagi hingga siang
hari. Dia pun menyatakan bahwa dirinya mampu untuk melakukan hal itu dan akan
bersikap amanah terhadap perhiasan berharga yang dia bawa.
Ifrit
berkata (yang cerdik) dari golongan jin, "Aku akan datang kepadamu dengan
membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu;
Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya".
(QS. An-Naml: 39)
Namun
berikutnya ada seseorang yang dikatakan memiliki ilmu dari Al-Kitab yang siap
melakukannya lebih cepat dari itu, yaitu dalam sekejap mata. Pendapat yang
terkenal mengatakan bahwa orang itu bernama Aashif bin Barkhina, anak dari bibi
Nabi Sulaiman.
Maka
dalam sekejap mata singgasana ratu Bilqis yang asalnya berada di negeri Yaman
sudah berada di hadapan Nabi Sulaiman yang berada di Baitul Maqdis. Menyaksikan
hal tersebut, Nabi Sulaiman menyatakan bahwa semua itu adalah karunia Tuhannya
sebagai ujian kepadanya apakah dirinya bersyukur atau kufur.
Berkatalah
seorang yang mempunyai ilmu dari AI-Kitab, "Aku akan membawa singgasana
itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat
singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata, "Ini Termasuk kurnia
Tuhan-ku untuk mencoba aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya).….".
(QS. An-Naml: 40)
Setelah
itu Nabi Sulaiman memerintahkan agar singgasana tersebut disamarkan dengan
merubah perhiasannya untuk menguji kecerdasannya, apakah dia mengenalnya atau
tidak.
Maka
ketika Ratu Bilqis datang, dia langsung ditanya tentang singgasana yang telah
berada di hadapannya, apakah serupa dengan singgasana yang dia miliki? Sang
Ratu hanya berkata bahwa singgasana tersebut seakan-akan singgasana miliknya.
Sang
Ratu tidak memperkirakan sama sekali bahwa singgasana itu adalah miliknya,
karena dia belum tahu bahwa ada seseorang yang dapat melakukan perbuatan yang
sangat ajaib tersebut. Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya,
"Serupa inikah singgasanamu?" Dia menjawab, "Seakan-akan singgasana
ini singgasanaku, (QS. An-Naml: 42)
Sementara
itu Nabi Sulaiman sebelumnya telah memerintahkan untuk membangun istana yang
terbuat dari kaca yang diisi air. Kemudian dia memerintahkan Ratu Bilqis untuk masuk
sedangkan dia duduk di atas dipannya.
Ketika
Ratu Bilqis memasukinya, dia mengira bahwa di depannya ada kolam air. Maka,
secara refleks dia mengangkat gaun dari betisnya agar tidak terkena air
tersebut. Lalu Nabi Sulaiman memberitahukannya bahwa yang ada di depannya
hanyalah bangunan yang terbuat dari kaca yang licin. Saat itulah hidayah Allah
turun kepada Ratu Bilqis, sekejap kemudian, dia menyatakan dirinya berserah
diri kepada Allah Ta'ala Sang Penguasa Alam.
Bilqis
berkata, "Ya Tuhanku, Sungguh
aku telah berbuat zalim terhadap
diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta
alam". (QS. An-Naml: 44)
Setelah
itu Nabi Sulaiman menikahi Ratu Bilqis, namun dia mengembalikannya ke negeri
Yaman serta tetap memberikannya kedudukan ratu di sana. Beliau mengunjunginya
setiap bulan satu kali dan menetap di sana selama tiga hari serta memerintahkan
para jin untuk membangun istana di sana.
Itulah sejarah nabi sulaiman, selain kisah yang telah kami tulis di atas, masih banyak lagi kisah nabi sulaiman yang diabadikan dalam Al Qur'an, seperti kemampuan Beliau menundukkan jin, dan kemampuan beliau menundukkan angin, dan lain sebagainya.
Sumber: Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir (terjemahan oleh Abdullah Haidir)
Posting Komentar untuk "Sejarah Nabi Sulaiman Yang Diabadikan Dalam Al Qur’an"