Sejarah Nabi Sulaiman Yang Diabadikan Dalam Al Qur’an

sejarah nabi sulaiman

Arobiyahinstitute.com | Pada artikel ini, kami akan membahas seputar sejarah Nabi sulaiman alaihissalam, yang mana beliau merupakan salah satu dari 25 Nabi dan Rasul yang namanya disebut dalam Al Qur’an.

Nabi sulaiman lahir di palestina. Beliau adalah putra dari Nabi Dawud alaihissalam. Mereka berdua sama-sama menjadi Nabi dan Rasul bagi bangsa yahudi. Ada beberapa kisah Nabi Sulaiman yang diabadikan dalam Al Qur’an, diantaranya adalah kisah Nabi Sulaiman yang mampu memahami bahasa binatang, kemudian kisab Beliau dengan Ratu Bilqis, dan kisah Beliau dengan seekor semut, dan lain sebagainya.

Pada artikel ini kami akan menceritakannya satu persatu, simak selengkapnya sampai akhir artikel.

Kisah Nabi Sulaiman Yang Mampu Memahami Bahasa Hewan

Nabi Sulaiman memiliki keistimewaan dapat memahami pembicaraan burung-burung dan dapat menjelaskan isi dan kandungan pembicaraan mereka. Diriwayatkan bahwa suatu hari Nabi Sulaiman melewati seekor burung merpati jantan yang sedang mendekati seekor merpati betina.

Lalu beliau berkata kepada para pengawalnya, 'Tahukah kalian apa yang dia (merpati jantan) katakan?' Mereka balik bertanya, 'Apa yang dia katakan wahai Nabi Allah?' Dia berkata, 'Merpati jantan itu melamar sang betina untuk menikah dengannya, sambil berkata, 'Menikahlah denganku, aku akan tempatkan kamu di sarang-sarang di daerah Damaskus jika engkau suka!' Nabi Sulaiman berkata, 'Karang yang akan dijadikan sarang-sarang di wilayah Damaskus tersebut terbuat dari batu, semestinya tidak ada seorang pun yang dapat tinggal disana, tapi seorang pelamar biasanya memang suka berdusta."

Selain itu, Nabi Sulaiman pun dapat memahami bahasa hewan-hewan lainnya serta makhluk lainnya dari kalangan jin. Dalilnya adalah ucapannya dalam ayat di atas,

"dan kami diberi segala sesuatu…" (QS. An-Naml: 16)

Kisah Nabi Sulaiman dan Seekor semut

Suatu hari Nabi Sulaiman berjalan bersama bala tentaranya yang besar. Mereka terdiri dari jin, manusia dan burung. Jin dan manusia berjalan bersamanya, sedangkan burung terbang di atasnya menaunginya dengan sayap, dan pada setiap kelompok dari ketiga jenis pasukannya itu telah ditetapkan pemimpin yang mengatur barisan mereka.

Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). (QS. An-Naml: 17)

Ketika Sulaiman dan bala tentaranya akan melewati lembah semut, seekor semut di antara mereka memperingatkan kaumnya segera masuk ke sarang masing-masing sebelum terinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, seraya dia memaklumi perbuatan Nabi Sulaiman dan bala tentaranya karena mereka tidak mengetahui keberadaan semut-semut yang kecil itu.

Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari"; (QS. An-Naml: 18)

Nabi Sulaiman yang memahami pembicaraan semut tersebut tersenyum, dia bergembira atas karunia Allah kepadanya yang tidak diberikan kepada selainnya. Karena itu dia berdoa kepada Allah Ta'ala agar selalu diberikan rasa syukur kepada-Nya atas nikmat dan kekhususan yang diberikan kepada dirinya dan berdoa agar dirinya dimudahkan beramal shaleh serta dibangkitkan bersama hamba-hamba-Nya yang shaleh.

Maka Dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. dan Dia berdoa, "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal Shaleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang Shaleh". (QS. An-Naml: 19)

Az-Zuhri meriawayatkan bahwa suatu hari Nabi Sulaiman keluar bersama para pengawalnya untuk melakukan shalat Istisqa (minta hujan). Namun di tengah perjalanan dia melihat seekor semut sedang mengangkat salah satu kakinya, rupanya dia sedang berdoa minta diturunkan hujan. Maka Nabi Sulaiman berkata kepada para pengawalnya, "Kembalilah kalian, karena hujan telah diturunkan kepada kalian, semut itu telah berdoa minta diturunkan hujan dan permintaannya telah dikabulkan."

Kisah Nabi Sulaiman dengan Ratu Bilqis

Bangsa burung pada zaman Nabi Sulaiman termasuk salah satu unsur tentara kerajaan. Biasanya mereka diminta untuk melakukan tugas tertentu dan melaporkannya secara bergiliran.

Adapun tugas Hud-hud adalah mencari sumber-sumber air di padang pasir saat pasukan sedang melakukan perjalanan. Dengan kemampuan yang Allah berikan, dia dapat menentukan tempat-tempat yang di dalamnya memiliki kandungan sumber air di bawah bumi. Setelah dia beritahukan, maka pasukan akan menggalinya dan mengeluarkan airnya untuk keperluan mereka.

Suatu saat Nabi Sulaiman membutuhkan burung Hud-hud. Setelah mencarinya kesana kemari, dia tidak dapatkan di tempat seperti biasa. Nabi Sulaiman marah dengan ketidakhadirannya, maka dia mengancam akan menghukumnya atau bahkan menyembelihnya, kecuali bila burung Hud-hud memberikan alasan yang dapat diterima.

Dan Dia memeriksa burung-burung lalu berkata, "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, Apakah Dia Termasuk yang tidak hadir Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar Dia datang kepadaku dengan alasan yang terang." (QS. An-Naml: 20-21)

Tak lama kemudian Hud-hud datang membawa informasi berharga yang belum diketahui Nabi Sulaiman. Dia baru saja datang dari negeri Saba' yang termasuk bagian dari negeri Yaman. Di sana didapatinya sebuah kerajaan besar yang dipimpin seorang ratu bernama Bilqis. Awalnya Bilqis adalah anak seorang raja yang agung di negeri Yaman. Namun setelah bapaknya meninggal, rakyatnya mengangkatnya sebagai raja.

Namun ada juga riwayat yang mengatakan bahwa sejarahnya, setelah bapaknya meninggal, masyarakat mengangkat orang laki-laki lain sebagai raja mereka. Namun setelah diangkat, raja tersebut berlaku zalim sehingga kerusakan merajalela. Maka Bilqis mengatur siasat dengan cara memintanya agar sang raja menikahinya. Raja tersebut bersedia, namun ketika dia akan menggaulinya, Bilqis memberinya minuman khamar, dan ketika dia mabuk kepalanya dipukul hingga tewas. Setelah itu rakyatnya mengangkatnya sebagai ratu.

Dikisahkan oleh Hud-hud bahwa sang ratu tersebut memiliki kerajaan yang sangat besar dan bahwa singgasananya sangat indah dihiasai emas dan batu permata yang berkilauan. Maka tidak lama kemudian (hud-hud datang), lalu ia berkata,

"Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. (QS. An-Naml: 22-23)

Ternyata informasi dari Hud-hud tidak hanya sampai disitu. Dia juga melaporkan kepada Nabi Sulaiman bahwa sang ratu dan bangsanya ternyata tidak beriman dan menyembah Allah Ta'ala. Mereka justeru menyembah matahari dan menghalangi orang-orang yang ingin beribadah kepada Allah. Dalam syariat Rasulullah tidak dibenarkan menobatkan seorang wanita menjadi pemimpin Negara sebagaimana diriwayatkan dari Rasulullah dalam hadits shahih riwayat Bukhari, ketika beliau mendengar berita bahwa penduduk Persia menobatkan putri Kisra sebagai pemimpin mereka, maka beliau bersabda,

لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً (رواه البخاري)

"Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka (kepemimpinan) kepada seorang wanita" (HR Bukhari)

Laporan yang disampaikan oleh Hud-hud langsung ditanggapi oleh Nabi Sulaiman. Namun dia tidak serta merta mempercayainya sebelum meyakini apakah yang disampaikan oleh Hud-hud benar atau dusta. Maka dia perintahkan Hud-hud kembali ke negeri Saba' untuk menyampaikan secarik surat dari Nabi Sulaiman yang mengajak Sang Ratu beriman kepada Allah Ta'ala.

Hud-hud menunaikan tugas dari Nabi Sulaiman dan membawa secarik surat untuk ratu Saba'. Sesampainya di sana surat itupun dilemparkan di hadapan sang ratu, setelah itu dia pun kembali.

Sulaiman berkata, "Akan Kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkan kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan" (QS. An-Naml: 27-28)

Setelah mendapatkan surat dari Nabi Sulaiman, Ratu Bilqis mengumpulkan para menteri dan pembesar di kerajaannya. Lalu dia menyampaikan tentang surat dari Nabi Sulaiman yang diterimanya. Surat tersebut diawali dengan basmalah dan isinya adalah seruan untuk tunduk kepada Allah Ta'ala serta masuk berserah diri dalam agama-Nya. Sebelum memutuskan sikap apa yang akan diambil, Ratu Bilqis ingin mendengar masukan dari orang-orang terdekatnya, karena cara inilah yang biasanya dia lakukan.

Para pembesar itu memberikan masukan bahwa seandainya langkah peperangan yang harus diambil, maka mereka telah siap dengan kekuatan dan pengalaman perang yang dimiliki. Akan tetapi mereka menyerahkan keputusan akhir ada di tangan sang Ratu.

Sang Ratu ternyata memiliki pandangan tersendiri. Dia telah memperkirakan bahwa raja pengirim surat ini tidak dapat ditandingi dan dikalahkan, dan apabila dia menyerang negerinya pastilah dia dan rakyatnya akan dikalahkan dan akan timbul kerusakan besar. Dirinyalah yang akan menanggung beban paling besar. Maka itu, dia mengatur siasat untuk merayu Nabi Sulaiman agar tidak menyerang negerinya dengan mengirim berbagai hadiah yang sangat berharga kepadanya sambil menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusannya.

Ia (Bilqis) berkata, "Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya, "Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri". Dia (Bilqis) berkata, "Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini), aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis (ku)". Mereka menjawab, "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu, maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan". Dia berkata, "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu". (QS. An-Naml: 29-35)

Ketika utusan Bilqis datang kepada Nabi Sulaiman dengan membawa berbagai hadiah yang sangat berharga, dia langsung menolaknya, karena bukan itu yang dia inginkan. Lagi pula harta yang Allah berikan kepadanya jauh berlipat-lipat lebih banyak dan lebih baik dibanding pemberian mereka.

Maka Nabi Sulaiman memerintahkan para utusan itu untuk pulang kembali membawa hadiah mereka, bahkan dia mengancam akan mendatangi negeri mereka dengan balatentara yang tiada tandingannya dan akan mengeluarkan mereka dengan hina.

Ancaman Nabi Sulaiman telah sampai kepada Ratu Bilqis dan rakyatnya. Maka, tidak ada jalan lain bagi mereka kecuali mendengar dan ta'at kepada keputusan Nabi Sulaiman. Lalu mereka segera menyatakan kesediannya untuk datang menghadap Nabi Sulaiman dalam keadaan tunduk dan patuh kepadanya.

Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata, "Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu. Kembalilah kepada mereka sungguh Kami akan mendatangi mereka dengan balatentara yang mereka tidak Kuasa melawannya, dan pasti Kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina". (QS. An-Naml: 36-37)

Ketika Nabi Sulaiman mendengar berita rencana kedatangan Ratu Bilqis beserta pengikutnya, dia segera mengumpulkan para pembantunya termasuk dari kalangan jin. Rupanya nabi Sulaiman ingin membuat kejutan dengan mendatangkan singgasana Ratu Bilqis sebelum dia tiba di hadapannya. Maka rencana tersebut dia tawarkan kepada para pembantunya.

Awalnya Ifrit, makhluk jin, menyatakan siap mendatangkannya sebelum beliau (Nabi Sulaiman) bangkit dari singgasananya. Diperkirakan waktunya antara pagi hingga siang hari. Dia pun menyatakan bahwa dirinya mampu untuk melakukan hal itu dan akan bersikap amanah terhadap perhiasan berharga yang dia bawa.

Ifrit berkata (yang cerdik) dari golongan jin, "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya". (QS. An-Naml: 39)

Namun berikutnya ada seseorang yang dikatakan memiliki ilmu dari Al-Kitab yang siap melakukannya lebih cepat dari itu, yaitu dalam sekejap mata. Pendapat yang terkenal mengatakan bahwa orang itu bernama Aashif bin Barkhina, anak dari bibi Nabi Sulaiman.

Maka dalam sekejap mata singgasana ratu Bilqis yang asalnya berada di negeri Yaman sudah berada di hadapan Nabi Sulaiman yang berada di Baitul Maqdis. Menyaksikan hal tersebut, Nabi Sulaiman menyatakan bahwa semua itu adalah karunia Tuhannya sebagai ujian kepadanya apakah dirinya bersyukur atau kufur.

Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI-Kitab, "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata, "Ini Termasuk kurnia Tuhan-ku untuk mencoba aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya).….". (QS. An-Naml: 40)

Setelah itu Nabi Sulaiman memerintahkan agar singgasana tersebut disamarkan dengan merubah perhiasannya untuk menguji kecerdasannya, apakah dia mengenalnya atau tidak.

Maka ketika Ratu Bilqis datang, dia langsung ditanya tentang singgasana yang telah berada di hadapannya, apakah serupa dengan singgasana yang dia miliki? Sang Ratu hanya berkata bahwa singgasana tersebut seakan-akan singgasana miliknya.

Sang Ratu tidak memperkirakan sama sekali bahwa singgasana itu adalah miliknya, karena dia belum tahu bahwa ada seseorang yang dapat melakukan perbuatan yang sangat ajaib tersebut. Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya, "Serupa inikah singgasanamu?" Dia menjawab, "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, (QS. An-Naml: 42)

Sementara itu Nabi Sulaiman sebelumnya telah memerintahkan untuk membangun istana yang terbuat dari kaca yang diisi air. Kemudian dia memerintahkan Ratu Bilqis untuk masuk sedangkan dia duduk di atas dipannya.

Ketika Ratu Bilqis memasukinya, dia mengira bahwa di depannya ada kolam air. Maka, secara refleks dia mengangkat gaun dari betisnya agar tidak terkena air tersebut. Lalu Nabi Sulaiman memberitahukannya bahwa yang ada di depannya hanyalah bangunan yang terbuat dari kaca yang licin. Saat itulah hidayah Allah turun kepada Ratu Bilqis, sekejap kemudian, dia menyatakan dirinya berserah diri kepada Allah Ta'ala Sang Penguasa Alam.

Bilqis berkata, "Ya Tuhanku, Sungguh aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam". (QS. An-Naml: 44)

Setelah itu Nabi Sulaiman menikahi Ratu Bilqis, namun dia mengembalikannya ke negeri Yaman serta tetap memberikannya kedudukan ratu di sana. Beliau mengunjunginya setiap bulan satu kali dan menetap di sana selama tiga hari serta memerintahkan para jin untuk membangun istana di sana.

Itulah sejarah nabi sulaiman, selain kisah yang telah kami tulis di atas, masih banyak lagi kisah nabi sulaiman yang diabadikan dalam Al Qur'an, seperti kemampuan Beliau menundukkan jin, dan kemampuan beliau menundukkan angin, dan lain sebagainya.

Sumber: Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir (terjemahan oleh Abdullah Haidir)