Pidato tentang Ilmu dan Akhlak

 

pidato tentang ilmu dan akhlak

Arobiyahinstitute.com | Ilmu dan akhlak merupakan pembahasan yang tidak terikat dengan waktu, karena tidak ada momen khusus untuk keduanya. Bahkan kalau kita perhatikan, setiap lini kita selalu berkaitan dengan ilmu dan akhlak. Termasuk hal hal sederhana yang kita lakukan. Nah karena itulah, pembahasan tentang ilmu dan akhlak ini bisa anda jadikan sebagai tema pidato. Bagi yang tertarik mengangkat tema tersebut, bisa simak contoh naskah pidato tentang ilmu dan akhlak berikut. 

Pidato tentang Ilmu dan Akhlak

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

الـحَمْدُ للهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهَ ، أَمَّا بَعْدُ

Alhamdulillah. Hadirin yang dirahmati oleh Allah. 

Mengawali pertemuan kita, mari sama sama bersyukur kepada Allah. Sebab masih menganugerahkan segala nikmat kepada kita, yang tidak akan pernah bisa kita hitung satu persatunya, sejak bangun tidur, hingga nanti tidur kembali. Shalawat serta salam, kepada baginda Muhammad, sang kekasih Allah, sang teladan manusia, yang syafaatnya kita nanti nantikan di akhirat. 

Hadirin, dalam kesempatan yang berbahagia ini, saya akan menyampaikan pidato tentang ilmu dan akhlak. 

Salah satu kewajiban sebagai muslim adalah belajar, atau mencari ilmu. Dan yang menariknya lagi, belajar juga menjadi salah satu cara untuk meningkatkan ketaqwaan seorang hamba. Kewajiban akan menuntut ilmu ini disebutkan di dalam hadis Rasulullah yang berbunyi: 

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan Ibnu Majah no. 224)

Hadis tersebut termasuk hadis yang singkat, padat, dan jelas. Sehingga sangat mudah dipahami, bahwasanya Rasulullah menegaskan kepada orang orang muslim, menuntut ilmu itu wajib atas tiap muslim, yakni bukan cuma untuk segelintir orang muslim, melainkan menyeluruh, semua orang muslim. Dan menariknya, ilmu yang dimaksud pada hadis tersebut adalah ilmu agama, meskipun menggunakan kata ‘ilmu’ yang umum. 

Hal ini lantaran tatkala Allah ataupun Rasulullah menyebutkan kata ilmu yang umum, baik itu di dalam al Quran maupun hadis, maka yang dimaksud pada kata ilmu tersebut adalah ilmu syar’i. Sebagai contoh, dapat kita perhatikan firman Allah yang berbunyi: 

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

“Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’“. (QS. Thaaha [20] : 114)

Hadirin yang dirahmati oleh Allah. 

Dalam hal ini, Ibn Hajar al-Asqalani juga menjelaskan di dalam kitab Fathul Bari. Meskipun sudah jelas bahwasanya menuntut ilmu adalah ilmu syar’i, tentu bukan berarti kalau kita mengingkari manfaat daripada mempelajari ilmu duniawi. Karena bagaimanapun, hukum dalam mempelajari ilmu duniawi akan tergantung pada tujuannya dan prakteknya, apakah sesuai dengan hukum hukum dalam Islam atau tidak. 

Hadirin, perlu kita ketahui, bahwasanya ilmu berkaitan erat daripada akhlak. Bahkan, kita sudah tidak asing lagi dengan kalimat, ‘kalau masalah ilmu, maka iblis lebih berilmu daripada manusia’. Maka yang membedakan kita dengan iblis adalah keimanan, kita bisa belajar, kemudian mengamalkannya, lalu menjadi hamba yang berakhlak, berbeda dengan iblis yang hanya sekedar tahu, memiliki ilmu tapi tidak berakhlak. 

Dan sebagai muslim, kita tidak kekurangan tauladan akhlak, sebab Rasulullah Pun diciptakan oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak kita, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

Sesungguhnya aku hanyalah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang luhur.(HR. Ahmad no. 8952 dan Al-Bukhari dalam Adaabul Mufrad no. 273. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Adaabul Mufrad.)

Hadis tersebut menjelaskan, bahwa Rasulullah diciptakan oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak yang baik. Itu artinya, kita dapat mencontoh akhlak akhlak Rasulullah dalam berbagai aspek kehidupan. Seperti akhlak beliau kepada istrinya, kepada anaknya, akhlak Rasulullah tatkala berkumpul dengan para sahabatnya, akhlak beliau saat berpapasan dengan orang lain, akhlak Rasulullah ketika berdagang, dan yang lainnya. 

Hadirin yang dirahmati Allah. 

Ilmu dan akhlak akan menjadi perpaduan yang sempurna jika kita pelajari dan kita miliki. Dan perlu kita ketahui, kalau para ulama salaf kita, sangat memperhatikan adab dan akhlak. Bahkan, para ulama salaf mempelajari adab dahulu selama bertahun tahun, baru kemudian mulai mempelajari ilmu, masyaAllah. Kemudian, mereka mengarahkan murid muridnya untuk melakukan hal yang sama, yakni mempelajari adab sebelum ilmu. Dalam hal ini, Imam Malik pernah mengatakan kepada seorang pemuda Quraisy, yakni:

تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم

“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

Dan kita juga sudah tidak asing lagi dengan ungkapan ‘adab di atas ilmu’. Iya kan? 

Maka dari itu, mari kita mulai perbaiki akhlak atau adab kita menjadi lebih baik, lalu mempelajari ilmu yang kita inginkan. Semoga Allah memberikan kita pemahaman yang mudah, dan memperbaiki akhlak kita. 

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.