5 Ceramah Singkat Tentang Ibu Yang Menarik dan Berkesan

Ceramah singkat tentang ibu

Arobiyahinstitute.com |
Ketika diminta untuk menyampaikan ceramah atau kultum, kira-kira tema apa yang akan kalian angkat? Apakah tema-tema yang agak rumit, atau sebaliknya? Kalau kami sendiri, merekomendasikan untuk menyampaikan ceramah singkat tentang ibu. 

Hal ini karena tema tersebut tergolong ringan, tapi sarat akan makna. Bagi yang belum pernah menyampaikan kultum atau ceramah, pasti bingung apa saja yang nantinya akan disampaikan. Untuk itu, bisa gunakan saja naskah ceramah singkat tentang ibu yang telah kami buat berikut ini. Kalian bisa memilih salah satunya atau mau menggabungkan beberapa naskah sekaligus juga bisa.

Ceramah Singkat Tentang Ibu


بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
حَمْدًا و شُكْرًا وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَّ اِلَّا بِاللهِ
اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ وَ الْحَاضِرَاتُ.......

Alhamdulillah. Segala hal baik datangnya dari Allah. Sang pemilik alam semesta, yang selalu memberikan banyak hal-hal luar biasa pada kita. Oleh karena itu, mari sama-sama kita bersyukur terlebih dahulu, dengan syukur yang semoga tidak akan pernah putus, dengan melafalkan hamdalah. Alhamdulillah. Shalawat dan salam kepada baginda Muhammad, dengan melafadzkan shalawat kepada beliau. Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad. 

Semoga syafaat beliau kita dapatkan di hari kiamat kelak. Hadirin yang dirahmati Allah. Dalam kesempatan kali ini, izinkan saya untuk menyampaikan kultum singkat tentang ibu. 'Ibu', merupakan sebuah kata yang mampu membuat semua orang menitikkan air mata haru dan bahagia. Sebab perjuangan dan pengorbanan yang tidak akan pernah mampu kita balas, dengan apapun ibu.  Perjuangannya dimulai dari mengandung kita selama 9 bulan, dengan berat yang terus bertambah, disusul kemudian dengan melahirkan yang meregang nyawa. 

Masyaallah. Bahkan setetes darahnya yang keluar ketika melahirkan kita tidak akan bisa kita bayar dengan seluruh kekayaan yang kita miliki. Besarnya pengorbanan para ibu telah membuat ia mempunyai posisi yang sangat tinggi di dalam Islam. Bahkan di dalam sebuah hadis, disebutkan bahwasanya ibu mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ayah. Hadis tersebut berbunyi:

يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ : 

Artinya: "Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya” (HR. Al Bukhari)

Selain hadis tersebut, masih banyak dalil lain yang juga berkaitan dengan ibu. Mulai dari perintah untuk tidak berkata kasar kepadanya, sampai dengan ridha Allah tergantung dengan ridho ibu kita. Dalil-dalil tersebut terdapat di al-Quran dan hadis.  Sebagai seseorang yang mengaku beriman, kita mempunyai kewajiban untuk selalu berbakti kepada keduanya, dan mengindahkan kewajiban ini. Lantas sebenarnya, bagaimana cara kita berbakti kepada keduanya sebagai wujud menjalankan perintah Allah?

Tentu, ada banyak sekali hal yang dapat kita lakukan. Bahkan, hal-hal yang bisa kita lakukan untuk ibu bukan hanya sebatas hal-hal yang berbau materi saja. Ketahuilah, bahwasanya ibu kita tidak mengharapkan apapun dari kita, selain kebaikan kita saja. Masyaallah. Wajar jika berseliweran kalimat-kalimat indah. Salah satunya adalah. 1 ibu dapat mengurus 10 anak, tapi 10 anak belum tentu bisa mengurus 1 ibu. Na'udzubillah. Adapun salah satu bentuk bakti kita kepada ibunda tercinta adalah dengan tidak menceritakan semua masalah kita kepadanya. 

Simpan semua kisah sedih yang kita punya, simpan rapat-rapat. Karena ketika kita menceritakan kesedihan padanya, maka ia akan menjadi orang yang paling sedih, dan selalu memikirkan masalah yang kita hadapi. Perlihatkan sisi bahagia kita saja padanya. Maka ia akan menjadi orang yang bahagia sepanjang waktu. Semoga Allah berikan ibunda ibunda kita kesehatan dan rahmat yang banyak. Dan mengampuni, serta melapangkan kuburan bagi ibunda-ibunda yang telah mendahului kita. Demikian, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kultum Tentang Berbakti Kepada Ibu


Segala puji bagi Allah atas berbagai rahmat taufik serta hidayahnya kepada kita semua, shalawat serta salam atas baginda Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, kepada keluarganya, dan para sahabatnya semua.

Hadirin yang dirahmati Allah ta’ala, pada kultum kali ini saya akan menyampaikan materi tentang berbakti kepada ibu
Berbakti kepada kedua orang tua, kususnya kepada ibu adalah wajib hukumnya bagi semua orang yang memiliki orang tua. Tentu semua anak mempunyai orang tua, baik ia masih hidup ataupun sudah meninggal. Karena tidak ada diantara kita yang dilahirkan dari batu. Allah ta’ala berfirman:  

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (لقمان:14)

Artinya: “dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (Qs. Luqman:14)

Ayat diatas menegaskan bahwa hukum birrul walidain adalah wajib hukumnya, kemudian lanjutan ayat membahas bagaimana beratnya seorang ibu dalam merawat anak-anaknya, dimulai dari hamil hingga melahirkan dan menyusui. Alur ayat di atas menjelaskan bahwa ibu adalah orang yang sangat-sangat wajib kita berbakti kepadanya karena beberapa alasan yang telah disebutkan diatas. 

Disebuah hadits, Rasulullah juga menegaskan bagaimana kedudukan seorang ibu, yang mana porsi berbakti kepada beliau lebih besar dari porsi berbakti kepada ayah.  

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ- قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ:" أُمُّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ أُمُّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ أُمُّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ أَبُوكَ

Artinya: “Dari Abu Hurairah RA ia berkata: Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW kemudian berkata: “wahai Rasulullah siapa yang paling berhak aku berbuat baik kepadanya? Rasulullah menjawab: “ibumu” Laki-laki itu berkata: “kemudian siapa?” Rasulullah menjawab: “ibumu” Laki-laki itu berkata lagi: “kemudian siapa?” Rasulullah menjawab: “ibumu” Laki-laki itu berkata lagi: “kemudian siapa?” Rasulullah menjawab: “bapakmu” (HR Bukhari)

قال ابن بطال في شرحه على صحيح البخاري: وحديث أبي هريرة يدل على أن لها ثلاثة  أرباع البر. اهـ.

“Ibnu bathal dalam syarahnya atas kitab shahih bukhari berkata: “hadits Abu Hurairah di atas menunjukkan bahwasanya ibu berhak atas ketaatan (dari anaknya) sebesar  tiga per empat”.

Jika melihat beratnya peran seorang ibu dalam hidup ini, kita tidak akan heran dengan kedudukan mulia yang diberikan oleh Allah kepadanya. Tatkala masih mengandung, beliau sangat tersiksa dengan kondisi kehamilan yang membuatnya sangat tidak nyaman. 

Belum lagi waktu melahirkan, dimana kondisi tersebut merupakan kondisi hidup mati bagi seorang itu. Ditambah lagi kewajiban menyusui 2 tahun dan kewajiban mengasuh dan mendidik sampai anak tersebut dewasa. Maka sangat pantas Allah mengganjar mereka dengan ganjaran yang sangat besar, dan sangat berhak atas ketaatan anak-anak yang mereka lahirkan dalam kondisi hidup mati. 

Dalam kitab adabul mufran, terdapat sebuah atsar dari sahabat ibnu abbas RA:

إني لا أعلم عملا أقرب إلى الله عز وجل من بر الوالدة. 

Artinya: “Aku tidak tahu ada sebuah amalan yang bisa mendekatkan diri kepada Allah selain berbakti kepada kedua orang tua”

Semoga kita dimudahkan Allah untuk selalu berbakti kepada kedua orang tua kita, kususnya berbakti kepada ibu. Sekian kultum yang dapat saya sampaikan, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ceramah Tentang Larangan Durhaka Kepada Ibu


Segala puji bagi Allah atas berbagai rahmat taufik serta hidayahnya kepada kita semua, shalawat serta salam atas baginda Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, kepada keluarganya, dan para sahabatnya semua.

ceramah tentang larangan durhaka kepada kedua orang tua


Hadirin yang dirahmati Allah ta’ala….
Durhaka merupakan perbuatan yang tercela, lebih lebih jika kita durhaka kepada ibu. Yang mana seharusnya kita berbakti kepadanya, bukan malah sebaliknya.Ada sebuah hadits dari Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

إِنَّاللَّهَ تَعَالَى حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوقَ اْللأَمَّهَاتِ، وَمَنْعًا وَهَاتِ وَوَأْدَ اْلبَنَاتِ، وَكَرِهَ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ، وَكَشْرَةَ اْلسُّؤَالِ، إِضَاعَةَ اْلمَالِ

Artinya: “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan minta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)” (HR Bukhari)

Dalam Al Qur’an juga dijelaskan bahwa durhaka kepada kedua orang tua kususnya ibu itu perbuatan terlarang, bahkan sekedar membantah perkataan mereka seraya mengatakan “ahh” itupun dilarang. Larangan tersebut ada di surat al isra’ ayat 23:

فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (الإسراء:23)

Artinya: “maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulai” (Qs. Al Isra’: 23)

Hadirin yang dirahmati Allah…..
Jika telah mengetahui bahwa durhaka kepada kedua orang tua kususnya ibu adalah perbuatan tercela, maka jangan sekali-kali kita melakukannya. Karena durhaka kepada kedua orang tua dosanya sangat berat, bahkan disebutkan dalam hadits bahwa orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya tidak akan masuk surga.

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَاقٌ وَلاَ مُدْمِنُ خَمْرٍ وَلاَ مُكَذِّبٌ باْلقَدَرِ

Artinya: “Tidak masuk surga anak yang durhaka, peminum khamr dan orang yang mendustakan qadar” (HR Ahmad)

بَابَانِ مُعَجَّلاَنِ عُقُو بَتُهُمَا فِى الدُّنْيَا الْبَغْىُ وَ الْعُقُوقُ

Artinya: “Dua perbuatan dosa yang Allah cepatkan adzabnya (siksanya) di dunia yaitu berbuat zhalim dan durhaka kepada orang tua” (HR Hakim)

Hadirin yang dirahmati Allah, cukup sekian yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Ceramah Tentang Ibu Madrasatul Ula (madrasah pertama)


Segala puji bagi Allah atas berbagai rahmat taufik serta hidayahnya kepada kita semua, shalawat serta salam atas baginda Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, kepada keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya yang senantiasa berpegang teguh terhadap ajarannya.

Hadirin yang dirahmati Allah ta’ala, pada kesempatan ini ijinkan saya menyampaikan ceramah singkat tentang kedudukan ibu sebagai madrasah pertama bagi putra putrinya. 

Hadirin, tidak mungkin ketika anak itu baru lahir akan langsung kita daftarkan kesekolah formal. Biasanya kita baru bisa menyekolahkan mereka di sekolah formal ketika usia mereka 6 tahun.  Jadi sebelum mencapai umur tersebut, ibu yang mengambil tugas sebagai guru bagi anak-anaknya. 

Terlebih lagi meskipun anak-anak telah besar dan telah sekolah disekolah formal, persentase kebersamaan mereka dengan ibu mereka lebih besar daripada persentase kebersamaan mereka dengan guru-guru mereka disekolah. Oleh sebab itu tidak berlebihan jika ibi disebut madrasah pertama dan selalu menjadi yang utama. 

Jikalau sang ibu berilmu dan mampu mendidik anak-anaknya, maka insyaallah anak-anaknya akan tumbuh dengan baik. Namun sebaliknya jika sang ibu bukan merupakan orang yang berilmu, bisa jadi anak-anaknya akan tumbuh dengan kondisi yang kurang baik. Dalam sebuah hadits Rasulullah pernah bersabda:

مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ

Artinya: “Tidaklah setiap anak kecuali dia dilahirkan di atas fitrah, maka bapak ibunyalah yang menjadikan dia Yahudi, atau menjadikan dia Nasrani, atau menjadikan dia Majusi. Sebagaimana halnya hewan ternak yang dilahirkan, ia dilahirkan dalam keadaan sehat. Apakah Engkau lihat hewan itu terputus telinganya?” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits diatas menjelaskan kepada kita bahwasanya orang tua memiliki peran penting dalam perkembangan anak-anaknya, baik itu perkembangan menuju kebaikan atau sebaliknya. Karena semua yang anak lakukan merupakan apa yang mereka peroleh, mereka lihat, mereka contoh dariorang tuanya.

Tanggung jawab pendidikan anak-anak itu memang berada dipundak kedua orang tuanya, baik ibu maupun bapak, halitu ditegaskan dalamal qur’an dan hadits. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ (6)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu” (At Tahrim: 6).

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggunjawabannya dan demikian juga seorang pria adalah seorang pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari: 2278).

Semoga kita dimudahkan untuk mengemban tugas mulia ini,yaknimenjadi pendidik bagi anak-anak kita. Sekian, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Ceramah Tentang Ridha dan Doa Ibu


Segala puji bagi Allah atas berbagai rahmat taufik serta hidayahnya kepada kita semua, shalawat serta salam atas baginda Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, kepada keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya yang senantiasa berpegang teguh terhadap ajarannya.

Jama’ah sekalian yang berbahagia, pada ceramah kali ini saya ingin membahas tentang doa, yakni doanya seorang ibu. Tentu sangat familiar ditelinga kita sebuah hadits yang berbunyi “doa adalah senjatanya orang mukmin”.

Memang sebagai hamba kita tidak punya kuasa untuk mewujudkan suatu hal yang kita inginkan. Karena kuasa tersebut milik Allah ta’ala semata. Yang bisa kita lakukan adalah berdoa minta kepada Allah atas hajad kita masing masing seraya berikhtiyah (berusaha). Berbeda dengan orang yang tidak percaya tuhan, mereka tidak butuh doa, karena mereka menganggap bahwa diri mereka sendiri yang bisa mewujudkan yang mereka inginkan.

Ngomong ngomong mengenai doa, kita bisa berdoa sendiri kepada Allah atas hajat-hajat kita. Kita juga bisa meminta orang lain yang kita anggap doanya mustajab untuk mendoakan kita. Diantara orang-orang yang memiliki doa mustajab adalah ibu orang tua kita. Sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini: 

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ، لاَشَكِّ فِيْهِنَّ : دَعْوَةُاْلوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

Artinya: “Ada tiga do’a yang dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala -yang tidak diragukan tentang do’a ini-, yang pertama yaitu do’a kedua orang tua terhadap anaknya yang kedua do’a orang yang musafir -yang sedang dalam perjalanan-, yang ketiga do’a orang yang dizhalimi”(HR Bukhari)

Hadirin yang dirahmati Allah ta’ala, bagi kalian yang masih memiliki orang tua, kususnya ibu, jangan sia siakan doa mustajab mereka ya. Daripada berdoa sendiri yang belum jelas kemustajabannya, lebih baik minta doanya orang tua yang sudah jelas kemustajabannya. 

Apalagi jika digabungkan antara ridha orang tua dan kemustajaban doa mereka, maka insyaallah apa yang ingin kita gapai akan diijabahi Allah ta’ala. Dalam hadits rasulullah menjelaskan bahwa keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua. Jika orang tua kita ridha dengan apa yang kita inginkan, maka insyaallah Allahpun akan meridai pula keinginan kita.

رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

Artinya: “Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (HR at-Tirmidzi)

Cukup sekian ceramah tentang ridho dan doa ibu yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat, jangan lupa untuk memanfaatkan kemustajaban doa orang tua, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yah kita telah sampai di penghujung artikel. Di atas ada 5 contoh ceramah singkat tentang ibu dan cabang-cabangnya. Jika ingin memakai naskah di atas untuk kultum atau ceramah, kalian bisa memilih salah satunya atau bisa juga menggabungkan 2 atau lebih naskah ceramah tentang ibu di atas, semoga bermanfaat.