Kisah Nabi Hud Alaihissalam Yang Dikirim Kepada Kaum 'Ad

kisah nabi hud

Arobiyahinstitute.com | Nabi Hud adalah salah satu Nabi yang namanya disebutkan dalam Al Qur’an. Tertarik mengetahui kisah Beliau? Simak artikel ini sampai selesai karena disini kami akan menceritakan kisah Nabi Hud alaihissalam.

nasabnya adalah Hud bin Syalih bin Afkhasyz bin Sam bin Nuh alaihissalam Beliau berasal dari suku yang dikenal dengan nama Ad bin Aush bin Sam bin Nuh. Mereka adalah bangsa Arab yang tinggal di gunung bebatuan terletak di negeri Yaman, antara Oman dan Hadramaut.

Mereka biasanya tinggal di kemah yang memiliki tiang yang besar, sebagaimana firman Allah Ta’ala,

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ، إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ (الفجر: 6-7)

“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Aad (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi”. (QS. Al-Fajr: 6-7)

Maksudnya adalah bahwa suku Iram merupakan bangsa 'Ad generasi pertama. Adapun generasi kedua datang kemudian. Ada yang mengatakan bahwa Nabi Hud merupakan orang pertama yang berbicara dengan bahasa Arab. Ada pula yang mengatakan bahwa yang pertama kali berbicara dengan bahasa Arab adalah Nabi Nuh, dan adapula yang berpendapat nabi Adam.

Bangsa-bangsa Arab sebelum Isma’il dikenal dengan istilah Arab Al-Aribah. Mereka terdiri dari banyak suku, di antaranya, Ad, Tsamud, Jurhum, Madyan, Qahthan dll. Sedangkan keturunan Isma’il bin Ibrahim dikenal dengan istilah Arab Al-Musta’ribah.

Bangsa 'Ad merupakan bangsa pertama penyembah berhala setelah peristiwa banjir besar yang menimpa kaum Nabi Nuh. Allah Ta’ala memberi mereka postur tubuh yang kekar dan kuat. Namun sayangnya dengan kelebihan yang dimiliki, mereka merasa sombong dan menyatakan bahwa merekalah yang paling kuat. Puncak kesombongannya adalah ketika mereka tidak beriman kepada Allah yang telah menciptakan mereka.

Adapun kaum 'Ad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata, "Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?" dan Apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) kami”. (QS. Fushshilat: 15)

Mereka pun menjadi penyembah berhala. Berhala yang mereka sembah ada tiga, yaitu: Shuda, Shamuda dan Hira. Allah mengutus Nabi Hud kepada mereka untuk berdakwah agar mereka meninggalkan kemusyrikan dan beribadah kepada Allah semata.

Tetapi mereka menolak dakwah Nabi Hud dengan alasan bahwa mereka tidak ingin meninggalkan apa yang telah diajarkan nenek moyang mereka, juga dengan alasan bahwa mereka tidak meyakini kebenaran risalah yang dibawa oleh Nabi Hud sebelum beliau mendatangkan bukti kebenarannya, seraya mengancam bahwa tuhan-tuhan mereka akan mendatangkan kecelakaan kepadanya.

Nabi Hud menjawab tantangan mereka dengan menyatakan bara’ (berlepas diri) dari berhala yang mereka sembah dan meminta mereka membuktikan kalau berhala-berhala itu dapat menyakitinya secepat mungkin, seraya beliau bertawakkal kepada Allah Ta’ala.

Namun ternyata mereka dan berhala yang mereka sembah tidak dapat berbuat apa-apa terhadap Nabi Hud. Maka, semakin jelaslah kesesatan mereka dan kebenaran risalah yang dibawa oleh Nabi Hud. Mereka pun (bangsa 'Ad) menolak seruan Nabi Hud karena beliau hanya manusia biasa. Mereka menganggap bahwa seorang rasul semestinya bukan manusia seperti mereka. Namun hal tersebut langsung dibantah oleh Nabi Hud dengan berkata (sebagaimana Allah kisahkan dalam firmanNya).

أَوَعَجِبْتُمْ أَنْ جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَلَى رَجُلٍ مِنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْ.....(الأعراف: 63)

Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu." (QS. Al-A’raf: 63)

Maksudnya hal tersebut bukan perkara aneh, Allah Ta’ala yang Maha menentukan segala-galanya.

Begitulah seterusnya Nabi Hud meladeni setiap pengingkaran yang mereka lakukan dengan memberikan jawaban-jawaban yang halus namun tegas. Hingga akhirnya setelah berbagai cara dakwah telah dia lakukan dan argumen telah dia kemukakan dirasa tidak lagi berguna, maka Nabi Hud mengancam mereka dengan azab Allah jika terus menolak dakwahnya. Sebagai wujudnya Nabi Hud berdoa kepada Allah Ta’ala agar ditolong dalam menghadapi kaum yang mendustakannya.

Kaum Nabi Hud masih saja menolak dakwah Nabi mereka dan menampakkan kekufurannya. Maka Allah Ta’ala mulai menurunkan azab-Nya kepada kaum tersebut. Azab tersebut diawali dengan musim kering berkepanjangan, tiga tahun lamanya tidak turun hujan.

Masyarakat pada saat itu, apabila mengalami kondisi yang genting, mereka memohon pertolongan kepada Allah dengan kehormatan dan kemuliaan Baitullah. Karena itu, diutuslah sejumlah orang dari bangsa Ad untuk pergi ke Baitullah dengan tujuan memohon kepada Allah agar diturunkan hujan.

Ketika tiba di perbatasan kota Mekah, mereka singgah di kediaman Mu’awiyah bin Bakar. Mereka tinggal di kediamannya dengan berpesta minum khamar serta dihibur biduanita yang disediakan Mu’awiyah. Mereka lupa terhadap misi mereka sebenarnya, sehingga mereka tinggal di sana sebulan lamanya. Baru kemudian mereka sadar dan pergi meninggalkan kediaman Mu’awiyah menuju Masjidil Haram lalu berdoa dan memohon kepada Allah agar segera diturunkan hujan kepada kaumnya.

Kemudian Allah Ta’ala menjadikan tiga macam awan, ada yang putih, merah dan hitam. Lalu ada seruan yang diarahkan kepada mereka untuk memilih awan mana yang mereka inginkan untuk kaumnya. Mereka memilih awan yang berwarna hitam dengan anggapan awan tersebut lebih banyak airnya. Lalu Allah Ta’ala menggiring awan hitam di atas bangsa 'Ad. Melihat hal itu mereka bergembira dan mengira bahwa permohonan mereka akan dikabulkan dan hujan akan segera turun.

Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka, "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami". (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengan-dung azab yang pedih, (QS. Al-Ahqaf: 24)

Namun ternyata perkiraan mereka meleset total. Awan yang mereka kira bakal menurunkan hujan sesungguhnya membawa angin yang membinasakan. Maka, alih-alih hujan yang akan turun membasahi bumi mereka, justru yang terjadi adalah badai angin dahsyat selama delapan hari berturut-turut sehingga membinasakan siapa saja yang menimpanya.

Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; Maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk).

Angin yang menimpa bangsa 'Ad memang sangat dahsyat. Kekuatannya sangat besar dan mengandung suhu yang sangat dingin. Angin tersebut selalu mengejar-ngejar semua orang dari bangsa itu ke mana saja mereka berlindung. Bahkan sekalipun mereka berlindung di goa-goa di balik pegunungan atau di balik rumah dan istana-istana mereka yang kokoh, angin tersebut terus mengejar dan membinasakan mereka. Kekuatan yang selama ini mereka sombongkan dibalas dengan kekuatan Allah Ta’ala berupa angin yang maha dahsyat.

Kedahsyatan azab berupa angin kencang yang menimpa bangsa Ad selalu diingat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Sehingga apabila Beliau melihat ada awan gelap menggantung di langit, raut mukanya berubah dan beliau dengan gusar keluar masuk rumah. Wajahnya baru kembali berseri-seri apabil hujan turun.

Itulah kisah Nabi Hud 'alaihissalam yang diutus kepada kaum 'Ad yang mendustakan perintah Allah ta'ala. Baca juga kisah para Nabi lainnya, seperti kisah Nabi Nuh alaihissalam yang telah kami tulis dalam artikel sebelumnya. Terimakasih, semoga bermanfaat.

Sumber: Kisah Para Nabi Karya Ibnu Katsir (terjemahan Bahasa Indonesia oleh Abdullah Haidir)