Kisah Nabi Nuh Alaihissalam Yang Diabadikan dalam Al Qur'an

kisah nabi nuh

Arobiyahinstitute.com | Pada artikel ini kami akan menceritakan kisah yang menarik dan fenomenal, yaitu kisah Nabi Nuh alaihissalam. Beliau merupakan salah satu dari 25 Nabi yang disebutkan dalam Al Qur’an. Dan yang paling menarik dari kisah Nabi Nuh adalah bencana banjir yang super dahsyat yang sampai menenggelamkan sebuah gunung. Simak kisah lengkapnya berikut ini:

Beliau adalah Nuh bin Lamik bin Mutawasylih bin Khanukh (Idris as) bin Yarid bin Mahlayil bin Qainin bin Anusy bin Syits bin Adam, bapak manusia. Dilahirkan 126 tahun setelah wafatnya Adam, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Jarir dan lainnya. 

Imam Bukhari meriwayatkan bahwa masa antara nabi Adam dan Nabi Nuh adalah sepuluh abad. Semua orang antara selama rentang waktu itu memeluk Islam. Jika yang dimaksud dengan “abad” (قرن) adalah bilangan 100 tahun sebagaimana umumnya dipahami, berarti masanya pasti 1000 tahun. 

Akan tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa masanya lebih dari 1000 tahun. Karena berdasarkan riwayat Ibnu Abbas bahwa 10 abad yang dimaksud adalah 10abad dalam keadaan memeluk Islam. Berarti sepuluh abad pertama setelah Nabi Adam, manusia memeluk Islam, namun sesudahnya mereka berada dalam kesesatan. 

Namun ada juga yang berpendapat bahwa yang dimaksud (قرن) adalah generasi, sebagaimana firman Allah Ta’ala. 

Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. dan cukuplah Tuhanmu Maha mengetahui lagi Maha melihat dosa hamba-hamba-Nya. (QS. Al-Isra: 17) 

Berarti generasi sebelum datangnya Nuh telah meramaikan bumi dengan masa yang sangat panjang. Maka jarak antara Nabi Adam dan Nuh alaihimassalam adalah beribu-ribu tahun.

Namun, yang jelas Nabi Nuh diutus kepada kaum yang menyembah patung dan thagut. Mereka tenggelam dalam kesesatan dan kekufuran, sehingga Allah mengutusnya sebagai rahmat kepada hamba-Nya. Maka dengan demikian Nabi Nuh adalah rasul pertama yang diutus di muka bumi, sebagai mana dikatakan oleh manusia di padang makhsyar nanti pada hari kiamat.

Adapun patung-patung yang disembah pada masa Nabi Nuh adalah wadd, suwaa’, yaghuts, dan ya’uq, yang mana mereka dahulu adalah orang-orang shaleh yang telah meninggal kemudian.

Dan mereka berkata, "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr". (QS. Nuh: 23)

Wadd, Suwaa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr dalam ayat di atas adalah nama orang-orang saleh dari kaum Nabi Nuh. Ketika mereka wafat, setan membisikkan kepada kaumnya untuk membuat patung mereka di tempat mereka biasa duduk, lalu setiap patung diberi nama dengan nama mereka. Usulan setan tersebut mereka lakukan, sehingga ketika generasi pertamanya sudah tidak ada dan ilmu juga sudah lenyap, patung-patung itu akhirnya disembah.

Setelah diutus sebagai seorang Rasul, Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya untuk beribadah semata-mata kepada Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia melarang kaumnya menyembah berhala, patung atau berbagai bentuk taghut.

Mereka harus meyakini keesan-Nya dan meyakini bahwa tidak ada satupun tuhan yang patut disembah selain-Nya, sebagaimana umumnya merupakan tugas para nabi dan rasul.

Dengan berbagai macam cara Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya; Siang dan malam, sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, dengan memberikan janji menyenangkan (targhib) atau ancaman menakutkan (tarhib). 

Namun usaha keras tersebut tidak mendapat tanggapan positif dari kaumnya. Sebagian besar kaumnya menolak dakwah Nabi Nuh. Bahkan tidak hanya sampai di situ, mereka pun melecehkan Nabi Nuh dan orang-orang yang mengikutinya.

Nabi Nuh tetap sabar menghadapi mereka dan memberikan jawaban atas tuduhan-tuduhan mereka. Begitulah seterusnya. Nabi Nuh tanpa rasa bosan, dengan tekun beliau mendakwahi kaumnya walaupun masa dakwahnya sangat lama. Al-Quran menyatakan bahwa masa dakwah beliau mencapai 950 tahun.

Setelah sekian lama berdakwah dan dengan berbagai macam cara serta ketabahan dan kesabaran menghadapi kaumnya, namun sebagian besar kaumnya tetap saja menolak untuk menerima seruan dan dakwah beliau kecuali hanya beberapa gelintir saja yang menerima dakwahnya. 

Puncaknya adalah ketika kaumnya merasa bosan dengan seruan Nabi Nuh, lalu mereka meminta Nabi Nuh membuktikan kebenaran apa yang dia serupakan berupa sesuatu yang dapat mereka saksikan dengan nyata. Mereka berkata "Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah membantah kami, dan telah sering bantahanmu terhadap kami, maka datang kanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu Termasuk orang-orang yang benar." (QS. Hud: 32).

Nabi Nuh tidak serta merta memenuhi tuntutan mereka, sebab dia menyadari bahwa tidak ada mukjizat yang dapat dia lakukan sendiri kecuali jika Allah memberikannya. Karena Dialah Tuhan, tidak ada sesuatu pun yang mampu menga lahkannya. Jika Dia menghendaki sesuatu, cukup bagi-Nya berkata "Kun", maka sesuatu itu akan terwujud seketika.

Menghadapi perilaku kaumnya yang semakin lama semakin keras, dan telah hilang harapan atas kebaikan mereka. Nabi Nuh akhirnya memohon kepada Allah agar segera menurunkan azab-Nya kepada mereka dan menyelamatkan dirinya serta para pengikutnya dari kezaliman mereka.

Nuh berkata, "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sungguh jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma'siat lagi sangat kafir.(QS. Nuh: 25-27)

Sebagai jawaban atas permohonan Nabi Nuh, Allah memerintahkan beliau membuat perahu besar yang tiada bandingannya sebelum dan sesudahnya. 

Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan aku tentang orang-orang yang zalim itu, Sungguh mereka itu akan ditenggelamkan. (QS. Hud: 37)

Nabi Nuh memenuhi perintah Tuhannya. Maka mulailah dia melakukan hal tersebut. Sebagian salaf berkata bahwa ketika Allah memenuhi doa Nabi Nuh, Dia memerintahkannya menanam pohon untuk membuat perahu. Lalu dia menanamnya dan menunggunya selama 100 tahun. Kemudian setelah itu, ia memotongnya dan membuat perahu selama 100 tahun kemudian. Ada juga yang mengatakan selama 40 tahun. Wallahu a’lam.

Setelah perahu selesai dibuat, air mulai memancar dari celah-celah bumi sebagai wujud janji Allah untuk menurunkan bencana kepada kaum Nabi Nuh. Bahkan gejala akan timbulnya banjir raksasa telah tampak dengan memancarnya air dari tempat keluarnya api, yaitu dari tannur.

Maka ketika itu, Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk memasukkan seluruh hewan secara berpasang-pasangan juga makanan dan benda-benda lain yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan kehidupan. Dia juga diperintahkan untuk membawa serta orang-orang yang beriman baik keluarga maupun pengikutnya. 

Maka apabila perintah Kami telah datang dan tanur telah memancarkan air, Maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. dan janganlah kamu bicarakan dengan aku tentang orang-orang yang zalim, karena Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (QS. Al Mu'minun: 27)

Terdapat perbedaan riwayat mengenai jumlah orang yang ikut bersama Nabi Nuh Ibnu Abbas mengatakan bahwa jumlah mereka 80 orang bersama isteri-isteri mereka. Ka’ab Al-Ahbar mengatakan bahwa jumlah mereka adalah 72 orang. Ada juga yang mengatakan bahwa jumlah mereka adalah 10 orang. 

Setelah mereka semua naik ke atas perahu, Allah Ta’ala memerintahkan mereka untuk memuji-Nya karena telah menyelamatkan mereka dari kaumnya yang kafir. Sementara itu langit mulai menumpahkan hujannya yang sangat deras ke muka bumi. 

Belum pernah terjadi hujan sederas itu sebelum dan sesudahnya. Sedangkan dari bumi, air memancar dari berbagai penjuru. Bertemunya air dari langit dan dari dalam bumi mengakibatkan banjir raksasa yang sangat dahsyat dan siap menghancurkan seluruh penjuru negeri.

Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa ketinggian air men capai 15 hasta dari atas gunung yang paling tinggi di muka bumi. Ada pula yang mengatakan melebih 80 hasta. Menenggelamkan seluruh penjuru bumi dan daratan. 

Qatadah meriwayatkan bahwa mereka berlayar selama 150 hari. Dimulai sejak bulan Rajab, lalu berlabuh di bukit Juddy selama sebulan, dan baru keluar dari perahu pada hari Asyuro bulan Muharram.

Selain mereka yang ikut bersama Nabi Nuh di atas perahu, tidak ada satu pun yang diselamatkan baik orang dewasa maupun anak kecil. Termasuk di antara mereka yang tenggelam adalah salah seorang anak Nabi Nuh yang mengikuti jalan orang kafir dan membangkang terhadap bapaknya dan ajaran yang dibawanya. Namanya adalah Yam. Ada juga yang mengatakan bahwa namanya adalah Kan’an. 

Nabi Nuh sudah berusaha mengajaknya hingga detik terakhir. Namun sang anak lebih memilih kesesatan ketimbang keselamatan yang dibawa bapaknya. Maka akhirnya sang anak ikut tenggelam bersama orang orang musyrik penyembah berhala.

Ketika banjir telah meluluh lantakkan semua penduduk bumi yang menyembah selain Allah, kemudian Allah memerintahkan bumi untuk menyerap kembali airnya dan langit untuk menghentikan hujannya, hingga kemudian air mulai surut dan banjir akhirnya selesai. 

Setelah banjir surut dari muka bumi dan memungkinkan berjalan di atasnya, Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk turun dari perahu yang sempat berlabuh di gunung Judy dengan keselamatan dan keberkahan yang bersumber dari-Nya. 

Kemudian Allah memberikan karunia kepadanya keturunan berupa anak cucu. Oleh karena itu, sekarang ini semua manusia nasabnya bersumber dari ketiga anak Nabi Nuh, yaitu: Sam, Ham dan Yafits. 

Itulah kisah Nabi Nuh alaihissalam, mulai dari kelahirannya, dakwahnya, perintah Allah untuk membuat kapal, hingga azab banjir besar yang Allah timpakan kepada kaumnya. Baca juga kisah para nabi lainnya, seperti kisah Nabi Idris alaihissalam yang telah kami tulis dalam artikel sebelumnya.


Sumber: Kisah Para Nabi Karya Ibnu Katsir (terjemahan Bahasa Indonesia oleh Abdullah Haidir)