Kisah Nabi Adam AS Singkat & Menarik Yang Diabadikan Dalam Al Qur’an

kisah nabi adam as singkat

Arobiyahinstitute.com | Pada artikel ini kami akan menceritakan kisah salah satu Nabi yang disebutkan namanya dalam Al Qur’an, yaitu kisah Nabi Adam AS yang mana beliau merupakan Abul Basyar, bapaknya manusia, karena Beliau adalah manusia pertama yang diciptakan Allah ta’ala. Sehingga lewat Beliau dan istrinya berkembang biaklah manusia sampai bermilyar milyar jumlahnya sampai saat ini. Simak kisah Nabi Adam AS yang singkat dan ringkat berikut ini:

Kisah Penciptaan Nabi Adam AS

kisah Nabi Adam dalam Al-Quran bermula ketika Allah Ta’ala memberitahu para malaikat bahwa Dia akan menciptakan Adam dan keturunannya yang akan menjadi khalifah di muka bumi. Allah Ta’ala berfirman Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat,

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً (البقرة:30)

"Sungguh Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.(QS. Al-Baqarah: 30)

Maksud khalifah di sini adalah anak keturunan Adam secara turun temurun, yang satu menggantikan yang lain (dalam memakmurkan bumi), sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-An’am ayat 165.

Mendengar hal tersebut, para malaikat bertanya kepada kepada Allah Ta’ala;

أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ (البقرة: 30)

Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah? Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan Engkau? (QS. Al-Baqarah: 30)

Hal tersebut disampaikan oleh para malaikat untuk mencari tahu hikmahnya, bukan untuk melecehkan atau dengki terhadap anak Adam sebagaimana dengan keliru dipahami oleh sebagian orang. Sebab, anggapan mereka, kalau Allah ingin menciptakan manusia sekedar agar mereka beribadah kepada Allah di muka bumi, bukankah mereka, para malaikat, adalah makhluk yang selalu menyembah-Nya dan tidak pernah bermaksiat kepada-Nya.

Namun Allah menjawab pertanyaan para malaikat,

إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ (البقرة: 30)

“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.(QS. Al-Baqarah: 30)

Maksudnya adalah bahwa Allah lebih mengetahui manfaat diciptakannya manusia. Sesuatu yang mereka tidak ketahui rahasianya. Karena akan ada di antara mereka (anak keturunan Adam) yang menjadi Nabi, Rasul, syuhada dan orang-orang yang jujur dengan keimanannya.

Kisah Para Malaikat Diperintahkan Bersujud Kepada Adam AS

Nabi Adam diberikan empat kemuliaan oleh Allah; (pertama), dia diciptakan oleh tangan Allah yang mulia, (kedua), ditiupkan padanya ruh ciptaan-Nya, (ketiga), diperintahkannya malaikat bersujud kepadanya dan (keempat), diajarkannya nama-nama benda.

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ (البقرة:34)

Dan ketika Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Ia enggan dan takabur dan ia termasuk golongan orang[1]orang yang kafir. (QS. Al-Baqarah: 34)

Malaikat yang diperintahkan bersujud kepada Adam langsung ta’at dan menunaikannya. Namun Iblis membangkang dari perintah Allah. Dia menolak karena sombong dan merasa lebih mulia dari Adam. Karena dirinya terbuat dari api, sedang Adam terbuat dari tanah.

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ (الأعراف:12)

Allah berfirman, "Apa yang menghalangimu sujud (kepada Adam) saat Aku menyuruhmu?" Iblis Menjawab, "Aku lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah. (QS. Al-A’raf: 12)

Karena itu, Iblis dikenal sebagai makhluk yang pertama kali melakukan qiyas (perbandingan). Dia membandingkan dirinya dengan Adam . Maka, karena merasa bahwa dirinya lebih mulia, dia menolak sujud kepada Adam.

Padahal qiyas tidak berlaku jika harus berhadapan dengan nash (wahyu). Di sisi lain, qiyas yang dilakukannya pun tidak tepat. Karena (jika dia menganggap bahwa api yang menjadi bahan dasar penciptaan dirinya lebih baik dari tanah), justru tanah yang lebih bermanfaat dan lebih baik. Sebab pada tanah terkandung sifat-sifat keseimbangan, kesantunan, kelembutan dan pertumbuhan, sedangkan api terkandung padanya sifat[1]sifat liar, ringan, cepat dan membakar.

Akibat ulahnya, Iblis diusir dari surga dalam keadaan terlaknat. Namun hal tersebut tidak membuatnya bertobat. Justru dia semakin menampakkan kesesatannya dengan meminta waktu penangguhan kematiannya hingga hari kiamat untuk menyesatkan keturunan Adam.

قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ، وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ، قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ، إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ، قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ، إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (ص. 77-83)

Allah berfirman, "Maka keluarlah kamu dari surga; Sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk, Sesungguhnya kutukan-Ku tetap berlaku bagimu sampai hari pembalasan. Iblis berkata, "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan".  Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang diberi tangguh, Sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat). Iblis menjawab, "Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya, Kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka. (QS. Shaad: 77-83)

Kisah Dikeluarkannya Nabi Adam AS dari Surga

Setelah Nabi Adam AS diciptakan, Allah juga menciptakan untuknya pasangan yang bernama Hawwa agar Beliau tidak kesepian. Kemudian Allah menempatkannya di dalam surga.

Allah Ta’ala memerintahkan Adam dan Hawwa untuk tinggal di surga dan mempersilahkan mereka memakan apa saja yang disukainya dari makanan surga. Akan tetapi mereka berdua dilarang untuk mendekati sebuah pohon.

يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ (البقرة: 35)

“Hai Adam, tempatilah oleh kamu dan isterimu surga ini. Makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim”. (QS. Al-Baqarah: 35)

Tidak dijelaskan apa nama pohon tersebut. Ada yang berka[1]ta bahwa pohon yang dimaksud adalah pohon anggur. Ada juga yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah pohon gandum atau pohon kurma.

Mengetahui bahwa Allah melarang Adam dan Hawwa memakan salah satu pohon yang ada di surga, maka Iblis membisikkan Adam dan isterinya dengan berpura-pura ingin menasehati dan menghendaki kebaikan kepadanya. Dia katakan bahwa alasan larangan tersebut bertujuan agar Nabi Adam tidak menjadi malaikat dan kekal di surga. Karena itu, dia menyebut pohon yang dimaksud dengan sebutan pohon Khuldi (pohon keabadian).

Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang menutup mereka yaitu auratnya. Setan berkata, "Tuhan kamu tidak melarangmu untuk mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (di dalam surga)."(QS. Al-A’raf: 20)

Adam dan Hawwa terpedaya oleh bujuk rayu setan. Hawwa makan lebih dahulu sebelum Adam dan dialah yang membu[1]juk Adam untuk memakannya, wallahua’lam. Karena itu ada sebuah hadits terkait dengan masalah ini, Rasulullah bersabda,

لَوْلاَ بَنُو إِسْرَائِيلَ لَمْ يَخْنَزِ اللَّحْمُ، وَلَوْلاَ حَوَّاءُ لَمْ تَخُنَّ أُنْثَى زَوْجَهَا»(رواه البخاري ومسلم)

“Kalau bukan karena karena Bani Israil niscaya daging tidak akan busuk, dan kalaulah bukan karena Hawwa‟ niscaya seorang istri tidak khianat kepada suaminya.” (HR Bukhari Muslim)

Setelah mereka mencicipi pohon terlarang tersebut, seketika itu pula aurat mereka tersingkap. Lalu mereka mencari dedaunan di surga untuk menutupi auratnya. Disaat itulah Allah menegur dan mengingatkan mereka akan larangan sebelumnya.

Tatkala keduanya telah merasakan pohon itu, nampaklah aurat keduanya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan dedaunan surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka, "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu, "Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?" (QS. Al-Baqarah: 22)

Maka keduanya mengakui kesalahannya dan saat itu juga bertobat kepada Allah Ta‟ala sebagai bentuk ketundukan dan kerendahan di hadapan-Nya. Keduanya berdoa,

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ(الأعراف:23)

“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi” (Al A’raf: 23)

Maka Allah pun menerima taubatnya sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 37.

فَتَلَقَّى آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (البقرة: 37)

Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha penyayang” (Qs. Al Baqarah:37)

Akibat perbuatannya melanggar perintah Allah, Adam dan Hawwa dikeluarkan dari surga.

Allah Ta’ala berfirman,

"Turunlah kalian, sebahagian kalian menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. dan kalian mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan". (QS. Al-A’raf: 24)

Khitab (arah pembicaraan) ayat ini diarahkan kepada Nabi Adam, Hawwa dan Iblis, ada juga yang mengatakan termasuk juga ular yang ada bersama mereka. Mereka diperintahkan untuk turun dari surga dalam keadaan saling bermusuhan (antara Adam dan Iblis). Mengenai waktu dikeluarkannya nabi Adam dan Hawwa, sebagaimana disebutkan hadits sebelumnya adalah pada hari Jum’at.

Adapun di mana diturunkannya, ada beberapa versi pendapat dari para ulama. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Adam diturunkan di sebuah tempat bernama Dahna, terletak antara Mekah dan Tha’if. Sedangkan Hasan Al-Basri, berpendapat bahwa Adam diturunkan di India, Hawwa di Jedah, Iblis di Destimyan, beberapa mil dari Basrah, sedangkan ularnya di Asfahan.

Kisah Nabi Adam AS PDF

Bagi kalian yang mau membacanya dilain waktu, bisa mengunduhnya terlebih dahulu untuk disimpan dan dibaca diwaktu yang tepat. Dapatkan kisah Nabi Adam AS ini dalam bentuk PDF, tekan tombol button berikut untuk mengunduhnya.

Itulah kisah Nabi Adam AS singkat & menarik yang diabadikan dalam Al Qur’an. Baca juga kisah para Nabi lainnya, seperti sejarah Nabi Sulaiman yang telah kami tulis pada artikel sebelumnya.  


Sumber: Buku Kisah Para Nabi Karya Ibnu katsir (Terjemahan Bahasa Indonesia Oleh Abdullah Haidir)