Kisah Nabi Ayyub Alaihissalam Yang Dicoba Allah Dengan Suatu Penyakit

kisah Nabi Ayyub

Arobiyahinstitute.com |
Pada artikel kami akan menceritakan tentang kisah Nabi Ayyub Alaihissalam. Nabi yang diberi cobaan oleh Allah berupa penyakit. Lantas bagaimana kisah lengkap Beliau? Simak kisah lengkapnya berikut ini:

Silsilah Nabi Ayub sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Ishaq yaitu, Ayub bin Mush bin Razah bin Al-Ish bin Ishaq bin Ibrahim Al-Khalil. 

Beliau berasal dari negeri Romawi. Ibunya adalah putri Nabi Luth. Ada yang mengatakan bahwa bapaknya termasuk orang yang beriman kepada Nabi Ibrahim ketika beliau selamat saat dilempar ke kobaran api. Namun pendapat yang masyhur adalah bahwa beliau termasuk keturunan Nabi Ibrahim. Nabi Ayub merupakan keturunan dari Al-Ish bin Ishaq. Istrinya konon bernama Laya binti Ya’qub, ada juga yang mengatakan, Rahmah binti Aqratsim.

Para ulama tafsir mengatakan, bahwa Nabi Ayyub pada mulanya seorang yang kaya raya. Budaknya banyak, ternaknya berlimpah, dan tanah yang luas di negeri Hauran. Di samping itu beliau pun memiliki anak keturunan yang banyak. Namun semua yang dimilikinya akhirnya lenyap. Bahkan dirinya sendiri ditimpa berbagai macam penyakit. Tidak ada satu pun anggota tubuhnya yang selamat dari penyakit tersebut kecuali hati dan lisannya yang selalu digunakan untuk berzikir kepada Allah Azza wa Jalla. 

Akan tetapi dengan semua cobaan berat tersebut beliau tetap sabar seraya mengharap pahala-Nya dan tak lupa selalu berzikir kepada Allah Ta’ala, siang dan malam, pagi dan sore. Sakit yang dideritanya terus berlanjut, sehingga teman-temannya menjauhinya. Bahkan mereka mengusirnya dari kampung halamannya dan dibuang di tempat kotor di luar kampung. 

Terputuslah hubungan dengan siapapun kecuali isterinya yang tetap setia mengurusnya. Sang isteri masih mengingat kebaikan dan kasih sayang yang pernah diberikan suaminya kepadanya. Maka dia bolak balik ke tempat suaminya untuk mengurus segala keperluannya dan membantunya buang hajat. Semoga Allah meridhainya. 

Lama kelamaan hartanya tinggal sedikit, maka sang isteri bekerja kepada orang lain untuk mendapatkan upah agar dapat memberi makan suaminya dan memenuhi segala kebutuhannya. Sang isteri tetap sabar dengan musibah yang menimpa diri mereka berdua, khususnya yang menimpa suaminya. hartanya habis dan anak keturunannya pun telah tiada, sementara bantuan dari orang lain tidak ada. Padahal sebelumnya mereka hidup terhormat, penuh nikmat dengan berbagai fasilitas. 

Para ulama berbeda pendapat tentang masa penderitaan yang dialami Nabi Ayyub. Ada yang mengatakan 13 tahun. Ada yang mengatakan 7 tahun sekian bulan. Dan ada pula yang mengatakan 18 tahun. 

Setelah sekian lama sang isteri bekerja pada orang-orang untuk mendapatkan upahnya, lama-kelamaan mereka tidak lagi bersedia mempekerjakannya, karena tahu bahwa dia adalah isteri Nabi Ayyub, khawatir kalau penyakit yang dideritanya akan menular kepada mereka. 

Ketika menyadari bahwa orang-orang di sekitarnya tidak lagi menginginkannya bekerja pada mereka, maka isteri Nabi Ayyub menjual salah satu kepang rambutnya kepada gadis gadis pembesar di negerinya, sebagai imbalannya dia mendapatkan makanan yang lezat dalam jumlah banyak. Lalu dia datang kepada Nabi Ayyub dan memberikan makanan tersebut. Nabi Ayyub dengan penuh tanda tanya berkata, “Dari mana kamu dapatkan semua ini?” Sang isteri menjawab, “Saya bekerja membantu orang untuk mendapatkannya”. 

Keesokan harinya ternyata sang isteri tidak mendapatkan lagi seorang pun yang bersedia mempekerjakannya. Maka, kembali dia jual kepang rambutnya yang tinggal sebelah untuk mendapatkan makanan, lalu dia berikan kepada suaminya. 

Namun kali ini sang suami bersumpah tidak akan bersedia memakannya sebelum sang isteri memberitahu dari mana makanan itu dia dapatkan? Akhirnya sang isteri menyingkap kerudung di atas kepalanya, maka ketika Nabi Ayyub melihat kepala isterinya telah botak, dia berkata dalam doanya, "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang" (QS. Al-Anbiya: 83).

Kesabaran Nabi Ayyub atas penderitaan yang dia alami akhirnya berbuah karunia dari Allah berupa kesembuhan dan dikembalikannya semua yang dia miliki sebelumnya. Allah menyembuhkan Nabi Ayyub dari penyakitnya dan mengembalikan rupanya sebaik seperti sedia kala. Lalu sang isteri datang dan melihat ada orang yang berparas rupawan, kemudian dia bertanya, “Apakah engkau melihat Nabi Allah yang sedang tertimpa penyakit? Demi Allah yang Maha Kuasa, aku belum pernah melihat orang yang lebih mirip dengan beliau jika sedang sehat selain anda”. Nabi Ayyub berkata, “Akulah dia (Nabi Ayyub)”.

Ibnu Abbas berkata, “Allah Ta’ala mengembalikan kepadanya hartanya, anaknya, sama seperti semula”. Rasulullah bersabda, “Ketika Ayyub mandi telanjang, tiba-tiba belalang emas jatuh di hadapannya. Maka diapun menampungnya di bajunya. Lalu Tuhannya berkata, “Wahai Ayyub, bukankah aku telah mencukupkan kebutuhanmu sebagaimana telah engkau saksikan?” Dia berkata, “Benar wahai Tuhanku, akan tetapi aku tidak merasa cukup dengan barokah-Mu”.

Firman Allah Ta’ala kepadanya (أركض برجلك) maksudnya adalah pukullah bumi ini dengan kakimu. Maka Nabi Ayub melakukan apa yang Allah perintahkan. Kemudian memancarlah mata air yang dingin. Kemudian Allah memerintahkannya untuk mandi dan minum dari air tersebut. 

Sesudah itu, Allah hilangkan penyakit yang selama ini dideritanya, baik lahir maupun batin dan menggantinya dengan kesehatan dan ketampanan yang sempurna. Bahkan dicurahkan harta yang banyak kepadanya, hujan yang deras dan juga belalang emas. Bahkan setelah itu Allah Ta‟ala mengembalikan kembali seluruh keluarganya kepadanya.

Semua itu sebagai pelajaran bagi manusia bahwa seseorang yang mendapatkan musibah pada jasadnya, harta atau anaknya, maka bagi mereka ada teladan pada diri Nabi Ayyub, di mana Allah mengujinya dengan cobaan yang lebih berat, namun dia sabar dan berharap pahala dari Allah. Akhirnya Allah angkat semua kesulitannya.

Adalah merupakan keringanan yang Allah berikan kepada Ayyub, karena semasa sakitnya dia pernah bersumpah untuk memukul isterinya sebanyak seratus cambukan. Ada yang mengatakan bahwa sumpah tersebut dia lakukan karena sang isteri menjual rambutnya. Maka setelah dirinya sembuh Allah mengajarkannya untuk mengambil seikat rumput dan memukul isterinya dengan ikatan rumput tersebut. Maka dengan itu dia dianggap memukul seratus kali dan dianggap tidak melanggar sumpah. 

Hal tersebut merupakan jalan keluar yang Allah berikan kepada orang yang bertakwa kepada-Nya. Apalagi terkait dengan isterinya yang sangat sabar dan berjuang untuk melayaninya. 

Ibnu Jarir dan para ulama tarikh lainnya berkata bahwa Nabi Ayyub wafat pada usia 93 tahun. Ada pula yang mengatakan bahwa dia hidup lebih lama dari itu. Sebelum wafat beliau berwasiat terhadap anaknya yang bernama Haumal. Namun wasiat itu baru ditunaikan oleh anak sesudahnya yaitu Bisyr bin Ayyub. Dia inilah yang oleh orang banyak dikatakan sebagai Dzul Kifli. Wallahu a’lam.

Itulah kisah Nabi Ayyub Alaihissalam yang senantiasa sabar ketika di timpa cobaan yang sangat berat. Semoga kita bisa meneladani kesabaran Beliau dalam mengarungi hidup di dunia ini. Baca juga kisah para nabi lainnya seperti sejarah nabi Yusuf, dan kisah Nabi Luth.

Sumber: Kisah Para Nabi Karya Ibnu Katsir (terjemahan Bahasa Indonesia Oleh Abdullah Haidir)