Sejarah Nabi Yusuf Sejak Kecil Sampai wafat

Sejarah nabi yusuf

Arobiyahinstitute.com |
Sejarah Nabi Yusuf akan menjadi pembahasan kita para artikel ini. Banyak sisi yang menarik dari sejarah hidup Beliau yang bisa kita baca dan ambil pelajaran. Allah Ta’ala bahkan menjadikan nama Beliau sebagai nama salah satu surat dalam Al Qur’an. Hal itu sebagai isyarat bahwa banyak ibrah (pelajaran) yang terkandung dalam perjalanan hidup beliau sampai-sampai Allah mengabadikan Beliau menjadi nama salah satu surat dalam Al Qur’an. 

Selain itu Nabi yusuf merupakan nabi yang memiliki popularitas tinggi, kususnya dikalangan kaum hawa atau perempuan dikarenakan ketampanannya yang mencapai level di atas rata-rata. Yang dengan ketampanannya Ia bisa membuat para wanita terkagum kagum, bahkan karena ketampanannya itulah Istri dari penguasa mesir saat itu hendak memperdayanya (mengajaknya berzina) na’udzu billahi mindzalika

Sebagaimana telah kami sebutkan sebelumnya bahwa Nabi Ya’qub memiliki dua belas orang anak laki-laki. Kepada merekalah anak keturunan Bani Isra’il bernasab. Di antara kedua belas anak laki-laki tersebut yang paling mulia adalah Yusuf . Sebagian ulama berkata bahwa dari kedua belas anak tersebut, hanya Yusuf  yang diangkat menjadi Nabi. Hal tersebut memang tampak dari zahir perkataan dan perbuatan mereka dalam kisah ini. 

Sejarah Nabi Yusuf  berawal dari mimpi yang dialaminya ketika dia masih kecil sebelum masa usia baligh. Allah Ta‟ala berfirman, 

(ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan, kulihat semuanya sujud kepadaku." (QS. Yusuf: 4)

Para ahli tafsir berkata bahwa sebelas bintang adalah isyarat jumlah saudaranya, sedangkan matahari dan bulan adalah kedua ibu bapaknya, mereka semua bersujud kepadanya. Mimpi tersebut membuatnya terbangun dan tersentak kaget. Setelah bangun dia segera memberitahu bapaknya tentang mimpi tersebut. Sang bapak segera menyadari bahwa anaknya ini akan mendapatkan kedudukan mulia di dunia dan akhirat,

karena kedua ibu bapaknya dan saudara-saudaranya tunduk kepadanya. Lalu dia memerintahkan sang anak untuk menyimpan berita tersebut dan tidak diceritakan kepada keluarganya agar mereka tidak dengki dan mencari tipu daya untuk mencelakakannya.

Kisah Nabi Yusuf di Buang di Dalam Sumur

Kisah nabi Yusuf yang dibuang kedalam sumur berawal dari kedengkian saudara-saudaranya terhadapnya dan saudara kandungnya Bunyamin disebabkan mereka berdua mendapat perhatian lebih dari orang tuanya. 

Kemudian mereka bermusyawarah untuk membunuhnya atau menyingkirkannya hingga Nabi Yusuf tak kembali lagi, agak tidak ada lagi anak-anaknya yang akan dicintai selain mereka, setelah itu (rencananya) mereka akan bertaubat.

Ketika mereka akan menyepakati hal tersebut, ada salah seorang di antara mereka yang mengusulkan bahwa kalau hal itu harus mereka lakukan maka jangan dengan membunuhnya, tetapi cukup membuangnya di sebuah sumur dengan harapan akan dipungut oleh orang pengendara yang lewat. 

Lalu mereka bersama-sama menghadap sang bapak untuk memohon kepadanya mengizinkan Yusuf  ikut bersama mereka menggembala. Mereka ingin kali ini Yusuf  ikut menggembala dan bermain dengan gembira bersama mereka. Dengan perasaan khawatir sang bapak menjawab, “Berat bagiku untuk berpisah dengannya walau sesaat, apalagi aku juga mengkhawatirkan ketika kalian asyik bermain, tiba-tiba ada serigala yang menerkamnya. Dia tidak dapat menghindar dan kalian tidak menyadarinya.

Saudara-saudara Nabi Yusuf  berkilah bahwa kalau hal itu terjadi, padahal mereka adalah sekelompok orang yang kuat, pastilah mereka orang yang merugi. Mereka terus mendesak sang bapak untuk mengizinkan Yusuf pergi bersama mereka. Sampai akhirnya sang bapak tidak dapat menahan keinginan mereka. Maka pergilah Yusuf  ikut menggembala bersama saudara-saudaranya. 

Di tengah perjalanan setelah mereka telah hilang dari penglihatan bapaknya, mereka mulai mencaci maki Nabi Yusuf. Lalu, sesuai kesepakatan, Yusuf mereka lemparkan ke dasar sebuah sumur. Di dalam sumur tersebut ada sebuah batu yang biasa dijadikan tempat berpijak bagi orang yang turun untuk memenuhi air di sebuah wadah apabila air sedang sedikit. 

Saat itu Allah mewahyukan kepada Nabi Yusuf  bahwa akan ada jalan keluar dari apa yang sedang dia alami. Bahkan mereka akan menceritakan apa yang mereka lakukan tanpa mereka sadari.

Setelah membuang Yusuf, lalu mereka pulang dan menorehkan darah di baju milik Nabi Yusuf . Setelah tiba, mereka menemui bapaknya di sore hari sambil menangisi saudara mereka (Yusuf). Lalu mereka menyampaikan kejadian tersebut dengan dusta. Mereka mengatakan bahwa ketika mereka sedang asyik berlomba bersama-sama, Yusuf mereka tinggalkan di tempat barang mereka, tiba-tiba datang serigala yang menerkamnya. 

Karena mereka sudah merasa bahwa bapaknya tidak akan mempercayai apa yang mereka sampaikan, maka untuk meyakinkan, mereka menyodorkan baju yang berlumuran darah. Darah tersebut sebenarnya mereka dapatkan dari seekor binatang yang mereka sembelih.

Namun kedustaan mereka tidak dapat ditutupi. Diriwayatkan bahwa baju yang mereka lumuri darah tersebut lupa mereka sobek untuk menunjukkan terkaman serigala. Sang bapak sebenarnya sudah mencium gelagat kebohongan mereka, apalagi dia memahami kedengkian dan permusuhan mereka terhadap Yusuf  karena kecintaannya terhadapnya dan karena tanda-tanda kemuliaan dan kenabian yang terdapat padanya sejak dia masih kecil.

Kisah Nabi Yusuf Diangkat Sebagai Anak Oleh Seorang Menteri di Kerajaan Mesir  

Setelah Nabi Yusuf dilempar ke dasar sumur, dia duduk menanti pertolongan Allah. Tidak lama kemudian, ada sejumlah musafir yang singgah di dekat tempat tersebut, yaitu para pedagang dari negeri Syam yang hendak menuju negeri Mesir. Kemudian para musafir itu mengutus salah seorang untuk mengambil air. Ketika orang tersebut menurunkan timbanya untuk mengambil air lalu mengangkatnya, ternyata ada seorang anak sedang bergayut dengan timba tersebut. Spontan orang itu kaget bercampur rasa gembira. Kemudian mereka ingin menjadikan anak tersebut seolah-olah bagian dari barang dagangan yang akan mereka perjualbelikan.

Setibanya di Mesir mereka menjualnya dengan harga yang sangat murah. Ada yang mengatakan bahwa harganya adalah dua puluh dinar. Pembelinya adalah seorang menteri di kerajaan Mesir yang kala itu diserahi mengatur perbendaharaan kerajaan. Namanya adalah Ithfir bin Ruhaib, sedang isterinya bernama Ra’il binti Ra’ayil, dijuluki Zulaikha. 

Setibanya di rumah, sang pejabat tadi berpesan kepada isterinya agar merawat anak itu dengan baik, karena dia berharap anak tersebut akan mendatangkan kebaikan. Maka sejak saat itu Yusuf  mendapatkan perawatan dan perhatian yang baik dari sepasang suami isteri tersebut. Bahkan pada masa tersebut Allah Ta’ala memberikan Nabi Yusuf  kemampuan untuk menafsirkan mimpi.

Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada isterinya, "Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik. Boleh Jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak." (QS. Yusuf: 21)

Ketika usianya semakin dewasa, Allah memberi Nabi Yusuf  ilmu dan hikmah sebagai balasan atas kebaikannya. Para ulama berbeda pendapat tentang usia Yusuf saat itu. Ada yang mengatakan bahwa saat itu dia berusia 18 tahun. Ada yang mengatakan 20 tahun, ada pula yang mengatakan bahwa usianya 30 tahun atau 40 tahun. 

Kisah Nabi Yusuf Digoda Zulaikha

Yusuf  tumbuh menjadi seorang pemuda yang gagah, tampan dan berwibawa. Hal tersebut membuat Zulaikha, isteri sang pejabat, tertarik dan mencintainya.Suatu hari, wanita tersebut tak dapat menahan perasaannya. Dia mempersiapkan diri dan bersolek, lalu mengenakan baju yang paling indah. 

Kemudian dalam sebuah kamar yang telah tertutup rapat, dia dan Yusuf  berada di dalamnya, sang wanita tersebut mulai merayunya dan mengajaknya melakukan perbuatan mesum. Sebuah godaan yang sangat berat bagi Nabi Yusuf . Kamar telah terkunci, sementara di hadapannya seorang wanita muda, cantik, memiliki kedudukan dan harta, mengajaknya berbuat keji.

Namun dia adalah seorang Nabi dari keturunan para nabi. Allah melindunginya dari perbuatan keji dan munkar serta tipudaya sang wanita. Maka dengan tegas ajakan mesum sang wanita ditolaknya.

Setelah menolak ajakan sang wanita tersebut, Nabi Yusuf buru-buru lari menuju pintu, namun sang wanita tersebut mengejar di belakangnya dan sempat menarik bajunya dari belakang. Pada saat itulah sang suami muncul.

Ketika itulah sang wanita tadi bersandiwara di hadapan suaminya. Dia berpura-pura seakan-akan Yusuf  yang merayu dan mengajaknya berbuat mesum. Wanita itu berkata, 

"Tidak ada pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih?" (QS. Yusuf: 25)

Yusuf membela diri. Dia katakan, justru wanita itulah yang merayunya. Pengakuan Nabi Yusuf  dikuatkan dengan perkataan seorang saksi dari keluarga sang suami sendiri yang ingin memberikan jalan keluar untuk menetapkan siapa yang bersalah. Dia jelaskan bahwa jika bajunya koyak di bagian muka, maka yang benar adalah isterinya dan Yusuflah yang ingin berbuat seperti itu.

Maka, ketika sang suami mendapatkan bahwa yang koyak dari baju Nabi Yusuf adalah bagian belakangnya, tahulah dia bahwa isterinyalah yang menggoda nabi Yusuf . Lalu dia minta sang isteri untuk mohon ampunan atas dosa-dosanya dan bertaubat dari perbuatannya, sementara kepada Yusuf , dia minta untuk tidak menyebarkan aib tersebut ke tengah masyarakat. 

Meskipun penduduk Mesir ketika itu mereka menyembah berhala, namun mereka mengetahui bahwa yang dapat mengampuni dosa dan menghukumnya hanya Allah Ta‟ala. Karena itu sang suami berkata kepada isterinya,

(Hai) Yusuf, "Berpalinglah dari ini, dan (kamu hai isteriku) mohon ampunlah atas dosamu itu, karena kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah." (QS. Yusuf: 29)

Namun ternyata berita tersebut tersebar juga di tengah para wanita kalangan elit. Mereka mencela sikap isteri pembesar Mesir tersebut yang sangat mencintai anak angkatnya bahkan menggodanya untuk berbuat mesum. Bagi mereka apa yang dia lakukan sangat tidak layak, karena dia wanita pembesar. Sementara Yusuf  bukanlah orang yang kedudukannya sepadan dengannya. Maka itu mereka mengatakan bahwa sang isteri tersebut telah sesat dengan nyata. 

Ketika sang isteri pembesar tersebut mendengar celaan kaumnya atas apa yang dia lakukan terhadap anak asuhnya, dia ingin membuktikan kepada mereka bahwa dirinya memili ki alasan mengapa sampai berbuat demikian. Karena pemuda yang dia goda tidak sembarang pemuda, tidak seperti yang mereka kira dan tidak sama dengan anak-anak yang mereka miliki.

Maka diutuslah seseorang untuk mengundang mereka untuk berkumpul di rumahnya. Dia persiapkan jamuan yang sesuai dengan kedudukan mereka, termasuk dia siapkan sejumlah makanan yang membutuhkan pisau untuk memakannya. Untuk masing-masing mereka dia siapkan sebilah pisau. 

Di sisi lain, dia meminta Yusuf  mempersiapkan diri dan mengenakan baju yang paling bagus. Saat itu Yusuf  sedang mencapai puncak masa mudanya. Kemudian sang isteri pembesar tersebut memerintahkan Yusuf  untuk keluar melewati para tamu wanita undangan. 

Ketika Yusuf  keluar dan berlalu di hadapan para wanita tersebut, mereka sontak terpesona dan takjub dengan ketampa nannya. Mereka tidak mengira ada keturunan Adam yang memiliki ketampanan seperti itu, hingga mereka mengatakan bahwa Yusuf  bukanlah manusia, melainkan malaikat. Keterpesonaan para wanita tersebut membuat mereka lupa bahwa mereka sedang memegang sebilah pisau untuk memotong makanan, sehingga tanpa terasa tangan mereka luka-luka karena tidak memperhatikan apa yang mereka potong. Ketika Yusuf telah berlalu, para wanita tersebut baru menyadari mengapa isteri sang pembesar itu tidak dapat menahan diri terhadap Yusuf.

Sejumlah wanita sebenarnya telah mempengaruhi Nabi Yusuf  untuk memenuhi keinginan tuan perempuannya. Namun hal itu ditolak mentah-mentah olehnya. Maka sebagai jalan keluarnya, dia berdoa kepada Allah Ta’ala untuk dipenjara agar selamat dari tipu daya para wanita tersebut. Sebab, tanpa pertolongan dan perlindungan Allah, dirinya amatlah lemah menghadapi semua itu. 

Doa Yusuf  Allah kabulkan. Sang pembesar dan isterinya berpandangan bahwa sebaiknya Nabi Yusuf  dipenjara beberapa lama dengan tujuan agar berita tersebut tidak tersiar lebih luas di tengah masyarakat di samping dapat berfungsi memperbaiki citra sang isteri. Sebab dengan dipenjaranya Yusuf , akan timbul kesan bahwa Yusuflah yang bersalah karena ingin menggodanya. Maka akhirnya Yusuf pun dipenjara dengan zalim. 

Demikianlah ketentuan Allah Ta’ala berlaku baginya, dan hal itu termasuk bentuk perlindungan kepada Nabi-Nya, karena dengan demikian lebih mudah baginya untuk menghindari hubungan dengan para wanita tersebut.

Kisah Nabi Yusuf Diangkat Menjadi Pejabat Negara

Suatu saat, terjadi kejadian yang menjadi sebab dikeluarkannya Yusuf  dengan cara terhormat. Kejadian tersebut berawal dari mimpi sang Raja Mesir kala itu. Dia bermimpi dirinya berada di tepian sungai. Lalu, dari sungai tersebut muncul tujuh ekor sapi yang gemuk. 

Ketujuh ekor sapi tersebut merumput di sebuah padang di sana, kemudian tiba-tiba keluar lagi tujuh ekor sapi yang kurus, dan merumput pula bersama tujuh ekor sapi yang gemuk. Lalu ketujuh ekor sapi yang kurus memakan ketujuh ekor sapi yang gemuk tadi. Sang raja terbangun kaget. Kemudian dia tidur lagi. Dan bermimpi lagi. Kali ini dia melihat tujuh bulir gandum yang hijau pada satu tangkai, kemudian ada tujuh bulir kering yang memakannya. Lalu dia terbangun lagi dengan kaget. 

Lalu dia menceritakan mimpinya kepada keluarga dan kaumnya. Namun mereka tidak memiliki kemampuan untuk menafsirkan mimpi tersebut, bahkan mereka menganggap hal itu hanya mimpi kosong belaka.

Pada saat itulah pegawai penyedia minuman raja (yang sempat dipenjara bersama Yusuf) teringat dengan Nabi Yusuf  yang mampu mena’birkan mimpi. Lalu disampaikannya hal tersebut kepada Sang Raja dan dia meminta izin untuk bertemu dengannya. Setelah pelayan tersebut bertemu dengan Yusuf , dia menceritakan masalah mimpi raja dan memintanya untuk mena’birkan mimpi tersebut.

Tanpa menunggu lama dan tanpa mengajukan syarat apa pun atau meminta dirinya segera dikeluarkan dari penjara, Nabi Yusuf mengerahkan kemampuannya untuk mena’birkan mimpi sang Raja tersebut. Dia mengatakan bahwa akan terjadi masa subur selama tujuh tahun, lalu tujuh tahun berikutnya akan terjadi musim paceklik. Lalu setelah itu akan turun hujan dan lahan kembali subur. 

Nabi Yusuf  tidak hanya mena’birkan mimpi, tetapi dia memberikan masukan yang sangat berharga, yaitu agar raja dan masyarakatnya menyimpan gandum dalam bulirnya pada tujuh tahun pertama masa-masa subur, kecuali gandum yang diperlukan untuk dimakan. Kemudian pada tujuh tahun berikutnya, pada masa paceklik, dia menasehatkan agar tidak sering menanam benih, karena pada masa itu umumnya benih yang ditanam tidak akan tumbuh. Hal tersebut menunjukkan ilmu dan pengetahuannya yang sangat dalam.

Ketika sang raja mengetahui kedalaman ilmu yang dimiliki Nabi Yusuf  dan pendapatnya yang cerdas, dirinya tertarik dengannya. Maka dia memerintahkan pegawainya agar Nabi Yusuf  dipanggil untuk menjadi penasehatnya.

Ketika sang utusan menemui Nabi Yusuf , beliau memberitahu utusan tersebut bahwa ia tidak ingin dikeluarkan dari penjara kecuali jika perkaranya telah jelas bahwa dirinya dipenjara dengan zalim dan bahwa dirinya bersih dari tuduhan dusta yang ditujukan kepadanya. Maka Nabi Yusuf  meminta utusan raja tersebut untuk menanyakan sang raja terkait dengan peristiwa para wanita yang melukai tangannya.

Kemudian sang raja menanyakan hal tersebut kepada para wanita itu. Mereka pun menceritakan kejadian yang sebenarnya dan mengakui bahwa Nabi Yusuf memiliki akhlak yang mulia. Maka, ketika itu pula, isteri sang pembesar, Zulaikha, menjelaskan perkara sebenarnya, yaitu bahwa Nabi Yusuf  bebas dari segala tuduhan dan tidak menggoda dirinya, dan bahwa dia dipenjara dengan zalim karena tuduhan palsu. Dia mengaku demikian semata-mata agar suaminya tahu bahwa dalam perkara tersebut dia tidak sampai berbuat zina dengannya, namun hanya sebatas menggodanya.

Setelah mengetahui hal yang sebenarnya, akhirnya sang raja mengangkat Nabi Yusuf  menjadi penasehat dan pembesarnya. Ketika memandang bahwa setelah masa tujuh tahun kesuburan akan terjadi masalah di gudang makanan, Nabi Yusuf mengajukan permohonan kepada raja agar dia diangkat sebagai kepala bagian logistik (pergudangan) karena dia merasa memiliki kriteria hafiz dan alim (pandai menjaga dan memiliki ilmu). Yaitu mampu menjaga tanggung jawab serta memiliki pemahaman dalam mengatur urusan dan masalah pergudangan. 

Dalam riwayat Ahli Kitab disebutkan bahwa Raja Mesir tersebut memberikan kepercayaan yang sangat besar kepada Nabi Yusuf . Saat itu dia berusia 30 tahun, lalu dia dikawinkan dengan seorang wanita yang memiliki kedudukan yang tinggi. Ats-Tsa’labi meriwayatkan bahwa Raja Mesir tersebut memecat Qithfir dari jabatannya lalu digantikan oleh Yusuf . 

Ada yang mengatakan bahwa setelah Qithfir meninggal, Yusuf  menikahi mantan isterinya, Zulaikha, yang ternyata masih gadis, karena sang suami ternyata tidak dapat menggaulinya. Ada pula yang mengatakan bahwa setelah Qithfir meninggal, sang raja memberikan jabatannya kepada Nabi Yusuf  lalu mengawinkannya dengan bekas isterinya, Zulaikha. 

Demikianlah Allah Ta’ala memberikan kekuasaan kepada Yusuf  setelah sebelumnya dia hidup di penjara yang sempit. Kini dia hidup terhormat dan memiliki kekuasaan yang besar di negeri Mesir. Itu semua tak lain sebagai ganjaran yang disegerakan bagi orang yang beriman dan apa yang masih tersimpan untuk orang beriman pada hari kiamat lebih besar  dan lebih indah.

Masa Paceklik dan Pertemuan Nabi Yusuf dengan Keluarganya

Setelah tujuh tahun masa subur berlalu, tibalah saatnya musim paceklik tiba menimpa seantero negeri Mesir. Orang orang mulai berdatangan ke pusat kerajaan untuk mendapatkan bahan makanan. Termasuk di antara mereka yang datang meminta bantuan adalah saudara-saudara Nabi Yusuf  yang dahulu membuangnya ke dasar sumur. Setelah tiba, mereka segera menghadap Nabi Yusuf  yang tidak mereka sadari sama sekali bahwa orang yang berada di hadapannya adalah Nabi Yusuf  yang dahulu mereka buang ke dasar sumur, sebab kini dia telah memiliki kedudukan yang tinggi.

Mereka menghadap Nabi Yusuf untuk meminta bantuan bahan makanan karena mereka juga mengalami masa paceklik. Nabi yusufpun memberi mereka jatah bahan makanan, dan berpesan jika mereka kembali lagi kemesir untuk meminta bahan makanan lagi supaya mereka membawa saudara mereka yang paling kecil (bunyamin).

Setelah tiba di negerinya, mereka menemui bapaknya dan menyampaikan apa yang mereka alami ketika bertemu dengan Nabi Yusuf  (sampai saat itu mereka belum menyadari bahwa ia adalah Nabi Yusuf  yang sebenarnya). Tak lupa mereka menyampaikan pesan Nabi Yusuf  untuk membawa sang adik pada waktu kedatangan berikutnya. Kalau tidak, mereka tidak akan mendapatkan jatah makanan. 

Pada awalnya sang bapak sangat keberatan memenuhi permintaan mereka, yaitu agar Bunyamin nanti ikut bersama mereka bertemu pembesar Mesir. Alasannya khawatir terjadi seperti yang dialami saudaranya dahulu (Yusuf ), padahal setelah Yusuf  tiada, Bunyamin menjadi curahan kasih sayangnya.

Setelah saudara-saudara Yusuf  terus mendesaknya, sementara di sisi lain kaumnya membutuhkan jatah makanan yang cukup, akhirnya Nabi Ya’qub mengizinkan Bunyamin ikut serta, namun dengan syarat agar saudara-saudara Nabi Yusuf bersumpah kepada Allah akan membawa kembali Bunyamin kepadanya. Maka mereka pun menerima syarat itu dan bersumpah kepada Allah untuk itu.

Maka, ketika waktunya tiba setelah itu, dengan bertawakkal kepada Allah dan menyandarkan segala nasib kepada-Nya, Nabi Ya’qub mengizinkan Bunyamin untuk ikut serta meminta jatah makanan kepada kerajaan. 

Singkat cerita, setahun setalah kedatangan mereka dari Negeri Mesir untuk mengambil jatah makanan yang pertama, saudara-saudara Nabi Yusuf  berangkat kembali ke Mesir untuk mengambil jatah makanan berikutnya. Kali ini Bunyamin ikut serta bersama mereka. Sebelum berangkat Nabi Ya’qub berpesan kepada anak anaknya agar mereka masuk negeri Mesir lewat jalur yang berbeda satu sama lain. Hal itu untuk menghindari ain (pandangan dengki) mengingat mereka rata-rata berwajah tampan.

Setibanya di negeri Mesir, mereka segera menemui Yusuf  dan tak lupa membawa serta Bunyamin. Kemudian Nabi Yusuf  mengajak saudara kandungnya, Bunyamin, untuk berbicara secara khusus tanpa di dampingi saudara-saudaranya. Saat itulah dia memberitahukan kepadanya bahwa dirinya adalah Yusuf , saudara kandungnya sendiri, kemudian dia jelaskan segala kejadian yang dia alami. 

Namun dia meminta kepada Bunyamin untuk merahasiakan dahulu masalah ini kepada saudara-saudaranya. Nabi Yusuf  mencari siasat agar Bunyamin dapat dia tahan dan tidak ikut pulang bersama mereka. Maka dia memerintahkan pegawainya untuk memasukkan tempat minum kerajaan ke kantong makanan yang menjadi jatah Bunyamin. 

Setelah itu ada teriakan yang diarahkan kepada rombongan saudaranya Yusuf  yang menuduh mereka telah mencuri sesuatu. Mereka bertanya tentang barang yang dicuri, dijawab bahwa yang dicuri adalah tempat minum milik raja dan mereka dijanjikan bahwa siapa yang dapat mengembalikannya akan diberi jatah makanan seberat beban unta. 

Tentu saja saudara-saudara Yusuf  kaget karena tidak merasa mencuri dan mereka merasa tidak memiliki tujuan sama sekali berbuat kejahatan dengan kedatangan mereka kesana. Untuk meyakinkan ucapannya, mereka berjanji bahwa siapa saja yang padanya ditemukan tempat minum tersebut, maka orang itulah yang langsung menjadi tebusannya (ditawan atau dijadikan budak). Demikianlah Allah mengaturnya sedemikian rupa. Kalaulah saudara-saudara Yusuf tidak mengatakan demikian, niscaya Nabi Yusuf tidak dapat menahan adiknya berdasarkan undang-undang kerajaan Mesir saat itu. 

Maka dimulailah pemeriksaan satu demi satu kantong-kantong makanan mereka. Untuk menghindari kesan rekayasa, pemeriksaan diawali dari saudara yang terbesar. Dan sebagaimana telah direncanakan, tempat minum tersebut didapatkan di kantong milik Bunyamin. Saudara-saudaranya langsung berkomentar, “Kalau sekarang dia mencuri, begitu juga dahulu saudaranya (Yusuf) pernah mencuri.” Saat itu Yusuf  berkata dalam hatinya, “Sifat-sifat kalian lebih buruk, Allah yang lebih mengetahui apa kalian sampaikan.”

Namun, mengingat pesan sang bapak untuk menjaga Bunyamin, mereka meminta kepada Nabi Yusuf  agar tidak menahan Bunyamin dengan alasan bahwa bapaknya telah tua renta. Sebagai gantinya mereka siap menyerahkan salah satu saudara yang lainnya. Namun Nabi Yusuf  tidak menerima usul mereka dengan alasan bahwa dia tidak akan membebaskan pelaku dan menawan orang yang bebas, karena itu berarti perbuatan zalim.

Akhirnya mereka putus asa untuk dapat membawa pulang Bunyamin. Padahal mereka telah berjanji untuk membawanya pulang serta tidak lalai seperti yang mereka lakukan terhadap Yusuf . Karena itu, saudara mereka yang paling besar benama Rabil, merasa tidak mampu menghadap bapaknya karena janji yang telah mereka ucapkan kepadanya. Lalu dia memerintahkan saudara-saudaranya yang lain untuk pulang sedangkan dia tetap tinggal di Mesir, sampai bapaknya mengizinkannya untuk pulang atau dia dapat membawa pulang adiknya. 

Dia pun berpesan kepada saudara-saudaranya untuk menyampaikan kejadian yang sesungguhnya, dan jika bapaknya tidak percaya mintalah kepadanya untuk bertanya kepada orang-orang penduduk kampung yang juga mengetahui kejadian tersebut, karena berita perkara tersebut telah tersebar di kalangan orang-orang yang datang ke istana untuk meminta bantuan jatah makanan.

Maka ketika saudara-saudara Yusuf  telah tiba di negerinya dan menghadap bapaknya lalu menceritakan kejadian yang sebenarnya, sang bapak jelas tak dapat mempercayainya. Di satu sisi karena sang anak, Bunyamin, bukanlah anak yang memiliki mental pencuri selama yang dia kenal. Yang kedua selain itu, karena mereka saudara-saudara Yusuf  telah melakukan kelalaian terhadap Yusuf.

Namun demikian sang bapak merasa tidak dapat berbuat apa-apa, kecuali bersabar dan berharap kepada Allah agar mengembalikan mereka semua; Yusuf, Bunyamin dan Rabil kepadanya. Dia Maha Mengetahui betapa perasaan yang dia rasakan dengan berpisah dari orang-orang yang dicintainya. 

Saat itu ingatan terhadap Yusuf  As bangkit kembali, kesedihannya memuncak, bahkan saking dalamnya kesedihan yang dirasakan selama ini kedua matanya menjadi buta. Saudara-saudara Yusuf sangat kasihan dengan penderitaan yang dialami sang bapak, mereka menasehatinya agar tidak terlalu memikirkannya sedemikan rupa sehingga dapat menjadikan dirinya semakin lemah. Mereka meminta agar sang bapak memperhatikan dirinya. 

Namun sang bapak mengadukan semua keluh kesahnya kepada Allah, dan dia yakin akan pertolongan dan jalan keluar yang akan Allah berikan dan bahwa dirinya akan dapat melihat Yusuf  kembali. 

Kemudian saudara-saudara Nabi Yusuf datang lagi membawa barang-barang tak berharga untuk ditukarkan dengan makanan bagi keluarga mereka, karena musik paceklik dan kondisi sulit yang mereka alami serta jumlah keluarga mereka yang banyak. Lalu mereka menemui Nabi Yusuf dan menjelaskan keadaan mereka. Mereka memohon kepada Yusuf agar menerima barang tukaran mereka walau tak berharga dan meminta kepadanya agar jatahnya dipenuhi dan diberikan sedekah pula.

Tatkala Yusuf  melihat kondisi mereka yang sudah sedemikian rupa, timbul rasa iba pada dirinya. Maka dia pun bermaksud memperkenalkan siapa dirinya kepada mereka, lalu dia buka penutup kepalanya dan menampakkan tanda-tanda dirinya yang mereka kenal, seraya berkata kepada mereka,

"Apakah kamu mengetahui (kejelekan) apa yang telah kamu lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya ketika kamu tidak mengetahui (akibat) perbuatanmu itu?". (QS. Yusuf: 89)

Saat itu saudara-saudara Nabi Yusuf  terperangah. Mereka baru sadar bahwa orang di hadapan mereka adalah Yusuf, padahal sudah berkali-kali sebelumnya mereka bertemu dengannya namun tak mengenalinya. Maka mereka ingin menegaskannya,

Yusuf menjelaskan bahwa dirinya adalah Yusuf, orang yang dahulu pernah kalian perbuat sesuatu kepadanya. Untuk memperkuat ucapannya, dia mengatakan bahwa orang di sebelahnya adalah saudaranya. Dia menyatakan bahwa apa yang dia dapatkan dari semua ini, semata-mata adalah karunia dari Allah Ta’ala sebagai buah dari kesabaran dan ketakwaannya yang tidak akan Allah sia-siakan.

Saat itulah saudara-saudara Nabi Yusuf  mengakui keutamaan yang dia miliki dan tidak mereka miliki. Mereka mengakui perbuatan salah mereka. Namun tidak ada dendam di hati Yusuf . Setelah hari itu, dia tidak lagi mencela perbuatan mereka. Bahkan dia mengatakan bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka.

Setelah itu Nabi Yusuf  memerintahkan saudara-saudaranya untuk mengantarkan baju yang dia kenakan kepada bapaknya dan menempelkannya pada kedua matanya. Atas izin Allah kedua matanya dapat melihat kembali seperti sedia kala. 

Hal ini merupakan mu’jizat Nabi Yusuf dan bukti kenabiannya. Kemudian Nabi Yusuf memerintahkan saudara-saudaranya untuk membawa sanak keluarga mereka ke negeri Mesir, agar mereka mendapatkan kebaikan dan dapat berkumpul kembali setelah sebelumnya berpisah sekian lama. 

Beberapa waktu kemudian, rombongan tersebut datang membawa berita gembira dan mereka langsung menyerahkan serta menempelkan baju milik Yusuf ke wajah sang bapak, maka serta merta penglihatannya dapat berfungsi kembali. Lalu dia berkata kepada anak-anaknya bahwa dirinya mengetahui semua perkara itu dari Allah. 

Saudara-saudara Nabi Yusuf akhirnya meminta kepada bapaknya untuk memohonkan ampun kepada Allah atas apa yang mereka perbuat terhadap Yusuf dan penderitaan yang dialami bapaknya. Maka Nabi Ya’qub berjanji akan memintakan ampunan kepada Allah untuk mereka. Dalam salah satu riwayat dia menundanya hingga waktu sahur. Karena itulah waktu yang mustajabah.

Akhirnya Nabi Ya’qub dan anak cucunya berangkat menunju negeri Mesir untuk menemui Nabi Yusuf . Setibanya diperbatasan negeri Mesir, Nabi Yusuf menyambut mereka dengan bala tentara yang dipersiapkan oleh raja, sebagai penghormatan atas kedatangan Nabi Isra’il (Ya’qub). Kemudian mereka bersama-sama memasuki negeri Mesir dengan aman. Setibanya di sana kedua orang tuanya dipersilahkan duduk di singgasana miliknya. 

Dan kemudian semuanya bersujud kepada Nabi Yusuf , sebagai penghormatan kepadanya. Ketika itulah Nabi Yusuf berkata kepada bapaknya bahwa kini semua mimpi yang dahulu pernah dia sampaikan terbukti, setelah tipu daya setan yang merusak hubungannya dengan saudara-saudaranya. Bahkan kini dia memiliki kedudukan serta kemampuan mena’bir mimpi. Semua itu dia akui semata-mata karena karunia dari Allah Ta’ ala. 

Wafatnya Nabi Yakub dan Nabi Yusuf Alaihimassalam

Nabi Ya’qub tinggal di negeri Mesir bersama anaknya Yusuf  selama 17 tahun, kemudian dia meninggal dunia. Sebelum meninggal dia berwasiat kepada Yusuf agar dimakamkan di sisi kedua orang tuanya, Ishaq dan Ibrahim. Maka jenazahnya dibawa ke negeri Syam lalu dimakamkan di goa tempat dikuburkannya Nabi Ibrahim dan Nabi Ishaq. Selain itu, sebelum meninggal, Nabi Ya’qub juga berwasiat kepada anak-anaknya untuk bertauhid, yaitu memeluk agama Islam yang merupakan agama para nabi alaihimussalam.

Setelah beberapa lama kemudian Nabi Yusuf  menyusul bapaknya. Ketika ajal hendak datang menjemput, dia berwasiat kepada saudara-saudaranya untuk membawa serta jenazahnya apabila mereka keluar dari negeri Mesir dan dikuburkan bersama bapak-bapaknya (di negeri Syam). Jenazahnya diawetkan kemudian disimpan di dalam peti dan terus berada di Mesir hingga kemudian dibawa keluar pada zaman Nabi Musa, lalu dikuburkan di sisi bapak-bapaknya sebagaimana akan dijelaskan kemudian. Saat wafat, Nabi Yusuf  berusia 110 tahun.

Itulah Sejarah nabi Yusuf yang lumayan panjang. Banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari kisah beliau. Semoga kisah ini bisa menginspirasi kita dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Baca juga kisah lainnya yang telah kami tulis di artikel sebelumnya seperti kisah Nabi Ibrahim dan kisah Nabi Luth.


Sumber: Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir (terjemahan Bahasa Indonesia oleh Abdullah haidir)