Kisah Nabi Luth Yang Diutus Kepada Kaum Sodom

kisah nabi luth

Arobiyahinstitute.com |
Kisah Nabi luth menjadi tema artikel ini melanjutkan artikel-artikel sebelumnya yang membahas kisah para nabi. Pada artikel sebelumnya kami telah menulis kisah Nabi Adam, kisah Nabi Idris, kisah Nabi Nuh, kisah Nabi Hud, kisah Nabi Ibrahim, kisah Nabi Sulaiman, dan kisah Nabi Muhammad SAW.

Kisah Nabi Luth ini sangat menarik untuk dibahas, karena kisah beliau berkaitan dengan fenomena yang lagi ramai di masa sekarang yakni fenomena suka sesama jenis atau homo seksual. Yuk simak kisah lengkapnya berikut ini:

sebagaimana dijelaskan bahwa Nabi Luth adalah keponakan Nabi Ibrahim. Bapak Nabi Luth bernama Haran, dia adalah saudara kandung Nabi Ibrahim. Mereka adalah tiga bersaudara. Selain mereka berdua, ada lagi satu orang saudara mereka bernama Nahur. Kisah Nabi Luth dalam Al-Quran diabadikan di dalam beberapa surat yang berbeda. Atas izin dan perintah dari Nabi Ibrahim, Nabi Luth meninggalkan negeri Nabi Ibrahim menuju sebuah negeri bernama Sadom.

Penduduk negeri ini terkenal dengan perbuatan buruk dan kotor. Mereka suka merampok, berkhianat kepada sesama teman, melakukan berbagai bentuk kemungkaran dengan ucapan dan perbuatan di tempat-tempat perkumpulan mereka. Selain itu, mereka juga adalah kaum yang ingkar dan kufur kepada Allah Ta’ala. 

Kaum Nabi Luth terkenal dengan perbuatan kotor yang belum pernah dilakukan umat manusia sebelumnya, yaitu homoseks. Orang laki berzina dengan sesama laki-laki. Ketika Nabi Luth datang ke kampung tersebut, dia langsung menyerukan masyarakat di negeri itu untuk hanya menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya, dan agar mereka meninggalkan kemungkaran termasuk zina (homo). 

Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan keji itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?" (QS. Al-A'raf: 80)

Namun tidak ada seorang pun yang menerima dakwah Nabi Luth. Mereka justru terus melakukan kesesatannya dan tidak takut dengan penyimpangan dan kesesatan yang mereka lakukan. Bahkan mereka mengancam akan mengusir Nabi Luth dan keluarganya dari kampung mereka. Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan, "Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (menda'wakan dirinya) bersih". (QS. An-Naml: 56)

Bahkan lebih dari itu, mereka menantang Nabi Luth untuk mendatangkan azab Allah apabila dia adalah orang yang benar. Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar". (QS. Al-Ankabut: 29)

Maka ketika itu Nabi Luth memohon kepada Allah agar dirinya dimenangkan atas orang-orang zalim tersebut. Luth berdoa, 

قَالَ رَبِّ انْصُرْنِي عَلَى الْقَوْمِ الْمُفْسِدِينَ (العنكبوت: 30)

"Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu". (QS. Al-Ankabut: 30)

Allah Ta’ala mengutus tiga malaikat untuk menurunkan azab kepada kaum Nabi Luth. Di tengah perjalanan mereka singgah di rumah Nabi Ibrahim. Lalu setelah itu mereka menuju negeri Sadom, negerinya kaum Nabi Luth. 

Mereka datang dengan penampilan pemuda yang berwajah rupawan, sebagai ujian bagi kaum Nabi Luth dan hujjah bagi mereka. Kemudian mereka menuju rumah Nabi Luth layaknya para tamu. Nabi Luth yang pada awalnya mengira bahwa mereka adalah manusia biasa, merasa resah dengan kedatangan mereka, karena dia sudah menduga apa yang akan dilakukan kaumnya jika mengetahui keberadaan mereka.

Apalagi mereka berwajah rupawan. Sebelumnya kaumnya sudah berpesan kepada Nabi Luth agar tidak menerima apabila ada tamu kaum laki-laki, tetapi merekalah yang menerimanya.

Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah karena (kedatangan) mereka, dan (merasa) tidak punya kekuatan untuk melindungi mereka. Dan mereka berkata, "Janganlah kamu takut dan jangan (pula) susah. Sesungguhnya Kami akan menyelamatkan kamu dan pengikut-pengikutmu, kecuali isterimu. Dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan)". (QS. Al-Ankabut: 33)

Akhirnya dengan berat hati Nabi Luth menerima mereka sebagai tamunya dan pada mulanya tidak ada yang mengetahui keberadaan mereka kecuali keluarganya saja. Namun rupanya isteri Nabi Luth lebih berpihak kepada kaumnya. Dia memberitahu mereka tentang keberadaan tamu-tamu tersebut seraya menjelasakan bahwa wajah mereka sangat rupawan. 

Lalu kaumnya segera mendatangi Nabi Luth untuk menuntutnya agar menyerahkan tamu-tamu itu kepada mereka. 

Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. (QS. Hud: 78)

Nabi Luth mengingatkan mereka bahwa wanita-wanita mereka lebih suci untuk mereka dari pada sesama laki-laki. Dia juga mengingatkan mereka untuk bertakwa kepada Allah, sekaligus meminta mereka agar tidak mengganggu tamunya. 

"Luth berkata, "Hai kaumku, Inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, Maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. tidak Adakah di antaramu seorang yang berakal?" (QS. Hud: 78)

Dengan ketus kaum Nabi Luth menjawab bahwa mereka tidak butuh wanita. Mereka mengatakan bahwa Nabi Luth sendiri tahu apa yang mereka butuhkan. 

Para ahli tafsir menceritakan bahwa ketika itu Nabi Luth menahan mereka untuk masuk ke rumahnya dengan menutup pintu rumah, sementara mereka berupaya membukanya dan masuk ke dalamnya. Di balik pintu itu Nabi Luth mengingatkan dan melarang mereka dengan segala harap. 

Namun ketika didapati bahwa kaumnya keras kepala, Nabi Luth pun berkata,

"Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)." (QS. Hud: 80)

Maksudnya adalah bahwa seandainya dia memiliki kekuatan dan pendukung untuk mengalahkan mereka, niscaya dia akan menimpakan azab kepada mereka. Maka ketika itu para malaikat tersebut memberitahu Nabi Luth tentang jati diri mereka. 

"Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu. Sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu," (QS. Hud: 81)

Diriwayatkan bahwa malaihat Jibril kemudian keluar menemui mereka, lalu salah satu sayapnya dia pukulkan ke wajah mereka hingga mata mereka buta, bahkan ada yang mengatakan bahwa mata mereka hilang sama sekali tak berbekas. Sehingga mereka meraba-raba ke sana kemari, namun mereka tetap membangkang dan mengancam para malaikat tersebut keesokan harinya. 

Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. (QS. Al-Qamar: 37) Kemudian pada malam itu pula para malaikat tersebut memerintahkan Nabi Luth dan keluarganya, kecuali isterinya, untuk keluar dari negeri tersebut di akhir malam, dengan pesan agar mereka jangan menoleh apabila mendengar suara, karena Allah akan menurunkan azab kepada mereka di waktu paginya. 

Sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang pun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya Dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; Bukankah subuh itu sudah dekat?". (QS. Hud: 81)

Setelah Nabi Luth dan keluarganya, kecuali isterinya, telah pergi meninggalkan negeri itu dan ketika matahari telah terbit, mulailah Allah Ta’ala memenuhi janji-Nya untuk menurunkan azab kepada kaumnya. 

Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu Tiadalah jauh dari orang-orang zalim (QS. Hud: 82-83).

Para ahli tafsir berkata bahwa malaikat Jibril dengan sayapnya mengangkat perkampungan-perkampungan di negeri tersebut beserta penghuninya, termasuk manusia, hewan dan bangunan-bangunan yang ada di atasnya. Lalu semua itu diangkat hingga menyentuh awan sehingga para malaikat mendengar suara kokok ayam dan gonggongan anjing mereka. 

Kemudian setelah itu bumi tersebut dijungkirbalikkan sehingga yang tadinya di atas kini menjadi di bawah. Dan orang yang paling pertama dijatuhkan adalah tokoh-tokoh mereka. Setelah itu, mereka dihujani dengan bebatuan yang keras secara berturu-turut dan pada setiap batu tersebut telah diberi nama orang yang akan terkena jatuhan batu tersebut. 

Mengenai isteri Nabi Luth, ada yang meriwayatkan bahwa awalnya dia ikut serta bersama Nabi Luth dan keluarganya meninggalkan kampung tersebut sebelum azab turun. Namun dia melanggar pesan para malaikat untuk tidak menoleh ketika mendengarkan suara. 

Ketika dia mendengar suara jeritan dan luluh lantaknya negeri kaumnya, dia menoleh dan berteriak, “Duhai kaumku”. Maka ketika itu dirinya ditimpa batu sehingga tewas menyusul kaumnya.

Kemudian bekas negeri tersebut Allah jadikan danau yang airnya berbau busuk sehingga tidak dapat digunakan. Begitu pula dengan tanah disekitarnya tidak dapat dimanfaatkan karena telah rusak. Itu semua merupakan pelajaran bagi manusia bahwa Allah Maha Kuasa untuk menurunkan azab kepada kaum yang tidak tunduk kepada-Nya dan selalu menentang perintah-Nya. 

Itulah kisah Nabi luth yang diutus kepada kaum sodom yang melawan kodrat ilahi. Semoga kita bisa memetik pelajaran dari kisah Beliau dan semoga kita semua dijauhkan dari perilaku menyimpang sebagaimana perilakunya kaum sodom.


Sumber: Kisah Para Nabi Karya Ibnu Katsir (terjemahan Bahasa Indonesia oleh Abdullah Haidir)