Kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam Yang Dibakar Oleh Kaumnya

kisah nabi ibrahim

Arobiyahinstitute.com | Pada artikel ini kami akan menceritakan kisah salah satu Nabi yang banyak disebut di dalam Al Qur’an. Yang mana salah satu syariat islam, yakni ibadah qurban disyariatkan untuk mengenang kisah beliau dan anaknya. Dia adalah Nabi Ibrahim alaihissalam, dan anaknya Nabi Ismail alaihissalam. Disini kami akan menceritakan kisah Nabi Ibrahim saja, dan dikesempatan lainnya kami akan menceritakan kisah Nabi Ismail secara terpisah.

Nasab Nabi Ibrahim adalah Ibrahim bin Tarikh, bin Nahur bin Sarug bin Ragu bin Falig bin Abir bin Syalih bin Arfakhsyaz bin Sam bin Nuh. Menurut mayoritas ahli nasab (ilmu tentang silsilah keturunan) termasuk Ibnu Abbas, bahwa bapak Nabi Ibrahim adalah Tarikh. Namun Al-Quran dan Hadits menunjukkan bahwa bapak Nabi Ibrahim adalah Azar.

Ibnu Jarir berkata, “Yang benar bahwa nama bapaknya adalah Azar.” Ada yang mengatakan bahwa Azar adalah julukan bagi berhala yang disembah bapaknya. Kemungkinan kedua nama itu adalah nama definitif, atau yang satu merupakan nama dan yang satunya lagi merupakan julukan.

Nabi Ibrahim dilahirkan di negeri Babilonia, anak nomor dua dari tiga bersaudara. Kedua saudaranya bernama Tahur dan Haran. Haran memiliki anak bernama Luth yang kemudian diangkat menjadi seorang Nabi. Setelah dewasa Nabi Ibrahim menikah dengan seorang wanita yang tidak melahirkan (mandul) bernama Sarah. 

Kemudian bapaknya mengajak Ibrahim dan isterinya beserta Luth untuk pergi menuju negeri Kan’an. Namun sebelum tiba, bapaknya meninggal dalam usia 250 tahun. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju negeri Kan’an, yaitu Baitul Maqdis. Lalu mereka tinggal di negeri yang bernama Haran.

Nabi Ibrahim diutus di tengah masyarakat yang menyembah selain Allah Ta’ala. Di negeri Kan’an, masyarakatnya menyembah bintang yang berjumlah tujuh. Penduduk Damaskus ketika itu memeluk agama ini. Mereka menghadap ke kutub utara untuk menyembah bintang-bintang yang tujuh itu dengan perbuatan dan ucapan. 

Karena itu pada setiap bangunan pintu di kota Damaskus kuno terdapat haikal 3 bagi setiap bintang tersebut, agar mereka dapat melakukan upacara dan ritual ibadah di sana. Sedangkan di tempat kelahirannya, Babilonia, kaumnya menyembah berhala. Nabi Ibrahim sering melakukan perdebatan kepada mereka tentang kebatilan berhala-berhala tersebut.

Pihak yang paling pertama didakwahi Nabi Ibrahim adalah bapaknya sendiri. Karena bapaknya ternyata adalah seorang penyembah berhala. Maka, dialah orang yang paling berhak mendapatkan nasehat yang paling ikhlas darinya. Sebagai seorang anak, Nabi Ibrahim berdakwah kepada bapaknya dengan penuh kasih sayang, dengan bahasa yang sangat santun. 

Dia mengawali dakwahnya dengan menjelaskan kebatilan perbuatan tersebut, yaitu bahwa berhala tidak dapat mendengar dan melihat sedikitpun. Sementara dirinya sendiri telah diberi petunjuk dan ilmu oleh Allah Ta’ala.

Beliau pun menjelaskan kepada bapaknya bahwa apa yang beliau sampaikan semata-mata kasih sayang kepadanya agar tidak terkena azab Allah karena perbuatannya itu.

Namun nasehat yang lemah lembut dan dalil yang kuat tidak membuat sang bapak menerima dakwahnya. Justru dia balik mengancam anaknya jika tidak berhenti mendakwahinya.

Mendapat perlakukan kasar bapaknya, Nabi Ibrahim tidak merubah sikap lembut terhadapnya. Beliau menjawab bahwa walaupun begitu dia tidak akan menyakitinya. Bahkan dia akan memintakan ampunan kepada Allah Ta’ala untuk sang bapak.

Usaha Nabi Ibrahim sia-sia, karena bapaknya bukanlah orang yang mendapat hidayah dari Allah. Oleh karena itu ketika jelas sikap permusuhan bapaknya terhadap dakwahnya, beliau pun berlepas diri darinya.

Selain itu Nabi Ibrahim juga berdakwah kepada penduduk negeri kan'an dan negeri babilonia. Dalam dakwahnya kepada mereka (penduduk negeri kan'an), Nabi Ibrahim menerangkan tentang ketidaklayakan bintang dijadikan Tuhan lalu disembah selain Allah Ta’ala. Karena bintang-bintang juga adalah makhluk yang digerakkan dan diatur, timbul tenggelam. Tidak sama dengan Allah yang Maha Kekal dan takkan punah.

Pada awalnya beliau jelaskan tentang bintang yang tidak layak dijadikan Tuhan, kemudian bulan yang lebih besar lagi dan kemudian matahari yang sinarnya lebih jelas. Beliau jelaskan bahwa semuanya makhluk yang diciptakan, digerak-kan dan diatur.

Kepada penduduk Babilonia Nabi Ibrahim juga menyampaikan dakwahnya. Beliau banyak melakukan perdebatan dan menjelaskan kebatilan berhala-berhala yang dianggap sebagai tuhan. Bahkan beliau pun merendahkan berhala-berhala tersebut dan menghancurkannya.

Suatu hari ketika penduduk negerinya sedang sibuk merayakan hari raya mereka yang berlokasi dipinggir kota, Nabi Ibrahim dengan segera dan sembunyi-sembunyi pergi menuju tempat berhala-berhala tersebut. Dia menemukannya di sebuah aula besar. 

Dilihatnya pada tangan berhala-berhala itu terdapat makanan yang diletakkan oleh kaumnya sebagai bentuk persembahan kepada mereka, maka dengan nada mengejek Nabi Ibrahim berkata kepada berhala-berhala itu, "Apakah kamu tidak makan?"

Setelah itu, dengan menggunakan alat pemukul, berhala-berhala tersebut dipukulnya hingga hancur berkeping-keping. Namun dia menyisakan berhala yang paling besar dengan tidak menghancurkannya. Bahkan ada yang mengatakanbahwa dia meletakkan alat pemukulnya di tangan berhala tersebut, seakan-akan memberi isyarat bahwa berhala yang paling besar itu tidak ingin disembah bersama berhala-berhala kecil lainnya.

Ketika kaumnya kembali dari perayaannya dan menyaksikan apa yang terjadi pada berhala-berhala tersebut, mereka segera mencari tahu siapa yang melakukan hal ini, Sebenarnya, jika saja mereka mau menggunakan akalnya dalam menilai apa yang terjadi terhadap tuhan-tuhan yang mereka sembah, niscaya mereka paham bahwa tuhan-tuhan tersebut tidak dapat membela dirinya sama sekali.

Kemudian ada seseorang yang memberikan informasi bahwa yang melakukannya adalah seorang pemuda bernama Ibrahim dan memang dia dikenal selama ini suka menghina berhala-berhal yang disembah kaumnya.

Kaumnya meminta agar Nabi Ibrahim didatangkan di depan umum. Inilah yang sesungguhnya diinginkan oleh Nabi Ibrahim, yaitu semua orang yang menyembah berhala berkumpul sehingga dia dapat menjelaskan kepada semuanya kebatilan berhala-berhala tersebut.

Ketika mereka telah berkumpul dan juga membawa Nabi Ibrahim, mereka bertanya kepadanya,"Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?" (QS. Al-Anbiya: 62)

Ibrahim menjawab, "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya. Maka, tanyakanlah kepada berhala itu jika mereka dapat berbicara". (QS. Al-Anbiya: 63)

Yang Nabi Ibrahim inginkan dari perkataannya adalah agar mereka segera sadar bahwa tuhan-tuhan mereka tidak dapat berbicara. Dia hanya benda mati sebagaimana benda mati lainnya. Kaumnya terperangah dengan ucapan Nabi Ibrahim. Mereka mulai mengakui kelalaiannya dengan apa yang mereka lakukan, Namun itu tidak berlangsung lama. Mereka segera kembali membangkang setelah sadar, bahkan balik mengecam Nabi Ibrahim.

Maka ketika itulah Nabi Ibrahim menjelaskan kebatilan berhala-berhala tersebut,

"Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?" Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami? (QS. Al-Anbiya: 66-67)

Mereka akhirnya tidak lagi dapat menjawab argumen Nabi Ibrahim yang sangat kuat dan tak terbantahkan. Namun bukannya mereka menerima dakwahnya dan beribadah kepada Allah semata, mereka justru bangkit amarahnya dan memerintahkan orang-orang membuat tungku api untuk membakar Nabi Ibrahim sebagai hukuman atas penghinaan yang dia lakukan terhadap tuhan-tuhan mereka.

Mereka mengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya. Bahkan ada seorang wanita yang sedang sakit bernazar, jika ia sembuh maka dia akan mengumpulkan juga kayu bakar tersebut. Lalu kayu-kayu itu dikumpulkan di sebuah lobang besar, kemudian api dinyalakan. Api yang sangat besar menyala. Jilatannya menjulang ke atas. Belum pernah mereka melihat api sebesar itu.

Kemudian Nabi Ibrahim diikat pada sebuat alat yang biasa dipakai untuk melontar senjata (manjanik). Lalu beliau dilontarkan ke dalam kobaran api tersebut. Ketika itu, Nabi Ibrahim membaca, “Cukuplah Allah bagi kami, dan Dia sebaik-baik pelindung”.

Ketika itu pula Allah memberikan kemuliaan kepada Nabi Ibrahim dengan memerintahkan api menjadi dingin dan memberi keselamatan kepadanya.Kami berfirman,

"Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim", (QS. Al-Anbiya: 69)

Sebagian salaf ada yang berkata bahwa malaikat Jibril mendatanginya dan berkata, 'Wahai Ibrahim, adakah yang engkau butuhkan?' Lalu Nabi Ibrahim berkata, 'Adapun kepada engkau, tidak (ada kebutuhanku).'

Ad-Dhahhak berkata, "Jibril selalu bersama Nabi Ibrahim dan menghapus keringatnya, sehingga dia tidak mengalami kesakitan sedikitpun”. Bahkan binatang-binatang melata yang ada di sekitarnya berusaha untuk memadamkan api, kecuali cecak yang justru meniupnya. Karena itu Rasulullah memerintahkan untuk membunuh cecak akibat perbuatannya itu.

Demikianlah rencana kaum Nabi Ibrahim dalam membinasakan dirinya menemui kegagalan. Hal itu membuat mereka semakin hina dan merugi. Terlebih di hari kiamat nanti dimana mereka akan disiksa dengan api yang tidak lagi dingin dan menyelamatkan.

Nabi Ibrahim diperkirakan wafat pada usia 175 tahun. Ada pula riwayat yang menyatakan bahwa beliau wafat pada usia 190 tahun. Ada pula riwayat yang menyatakan bahwa usianya 200 tahun. Beliau dikuburkan di sebuah bangunan yang dibangun oleh Nabi Sulaiman bin Daud di daerah Hebron. Di situ pula dikuburkan anaknya Ishaq dan cucunya Ya’qub. Kini tempat tersebut lebih dikenal dengan nama Al-Khalil. Namun persisnya di mana tempat kuburannya tidak ada khabar shahih yang menunjukkan hal tersebut.

Kisah Nabi Ibrahim PDF

Bagi kalian yang memerlukan kisah Nabi Ibrahim ini dalam bentuk PDF, kami juga menyediakannya. Dapatkan kisah Nabi Ibrahim lengkap dalam format PDF dengan mengklik tombol button berikut ini untuk mengunduhnya.

Kami juga menyarankan bagi kalian yang memiliki kelebihan rizki alangkah baiknya membeli buku kisah nabi Ibrahim ini dan kisah para nabi lainnya seperti kisah Nabi Hud yang termuat di buku kisah para nabi. Selain lebih enak membacanya, membeli bukunya langsung juga berarti membantu perekonomian penulisnya.

buku kisah para nabi

Deskripsi Buku:
Judul : Kisah Para Nabi
Penulis : Ibnu Katsir
Penerbit : Ummul Qura
Ukuran : 17 X 24 cm
Jenis Cover : Hard Cover
Tebal: 962 Halaman
Berat : 1260 gr
ISBN : 9786027637092
Harga : Rp.125.000
Cek stok bukunya di Arbinst Store dengan mengklik tombol button di bawah ini.

Sumber: Kisah Para Nabi Karya Ibnu Katsir (terjemahan bahasa Indonesia oleh Abdullah Haidir)