Kisah Nabi Zulkifli Yang Disebutkan Dalam Al Qur'an

kisah nabi zulkifli

Arobiyahinstitute.com | Pada artikel ini kami akan menceritakan kisah nabi zulkifli. Yang mana Beliau merupakan sosok yang diperselisihkan kenabiannya, apakab Ia termasuk nabi atau hanya orang shaleh yang diabadikan dalam al Qur’an seperti lukman.


وَإِسْمَاعِيلَ وَإِدْرِيسَ وَذَا الْكِفْلِ كُلٌّ مِنَ الصَّابِرِينَ (الأنبياء: 85

“Dan ingatlah kisah isma’il, idris dan zulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar” (Qs. Al Anbiya’: 85)

Secara zahir, disebutkannya Zulkifli dalam Al-Quran berbarengan dengan para nabi yang mulia, menunjukkan bahwa dia juga adalan seorang nabi. Inilah pendapat yang masyhur. Namun ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa dia bukanlah seorang nabi. Dia hanyalah seorang shaleh yang bijak dan adil. Ibnu Jarir tidak memberikan komentar dalam masalah ini. Wallahua’lam.

Ibnu Jarir dan Abu Najih meriwayatkan dari Mujahid, “Dia (Zulkifli) bukan seorang Nabi. Dia hanya seorang yang Shaleh”.

Di kalangan Bani Israil Dzulkifli dikenal sebagai orang yang siap menanggung (تكفل) urusan mereka dan menetapkan keputusan yang adil, karena dia dikatakan (ذو الكفل) orang yang menanggung.

Ibnu Jarir dan Ibnu Hatim menyebutkan sebuah riwayat dari Mujahid, dia berkata, “Ketika Ilyasa’ sudah tua renta, dia berkata, “Aku ingin menunjuk seseorang sebagai penggantiku untuk melayani masyarakat selagi aku masih hidup sehingga aku dapat melihat pekerjaannya”.  Lalu orang-orang berkumpul. Setelah itu, dia berkata, “Aku akan tunjuk orang yang menerima tiga syarat dariku, yaitu orang yang berpuasa di siang harinya, shalat di malam harinya dan tidak marah”.

Lalu ada seseorang yang selama ini dipicingkan sebelah mata, dia berkata, “Aku siap”. Ilyasa berkata, “Apakah kamu berpuasa di siang hari, salat malam dan tidak pernah marah?”

Dia menjawab, “Ya” Saat itu dia menolaknya, dan keesokan harinya dia menyampaikan hal yang sama. Semua orang terdiam. Lalu orang tersebut berkata, “Saya”. Akhirnya dia ditunjuk sebagai penggantinya.

Sementara itu Iblis berkata kepada para setan, “Kalian harus menggoda si fulan..(orang tersebut)” Namun mereka tidak mampu. Akhirnya Iblis berkata, “Baiklah, biarkan aku yang menggodanya”. Lalu Iblis datang kepadanya dalam rupa seorang tua renta yang fakir, dia datang ketika orang tersebut hendak tidur siang, dan dia tidak tidur di malam hari dan siang hari kecuali waktu tersebut. Maka sang kakek mengetuk pintu, orang itu berkata, “Siapa?” sang kakek menjawab, “Seorang tua yang dizalimi”. Lalu orang itu membukakan pintu, dan

kemudian sang kakek bercerita kepadanya. Dia katakan bahwa dirinya sedang bertikai dengan orang-orang di kampungnya, mereka menzalimi dan menyakitinya. Panjang lebar dia bercerita hingga waktu sore tiba dan hilanglah waktu tidur siang. Maka orang itu berkata, “Besok siang kamu datang lagi, aku akan menangani urusanmu”.

Lalu berangkatlah orang tua itu sementara dia masih di majelisnya, lalu orang itu menengok ke arah orang tua itu, ternyata dia tidak melihatnya. Keesokan harinya setelah orang itu selesai mengurus urusan masyarakat, dia menunggu kembali kedatangan orang tua itu. Namun tidak juga kunjung datang, maka dia pun hendak tidur siang. Ketika hendak berbaring, sang kakek itu datang lagi dan

mengetuk pintu. Dia bertanya, “Siapa?” Sang kakek berkata, “Orang tua yang terzalimi”. Lalu dia bukakan pintu untuknya dan berkata, “Bukankah aku katakan datanglah saat aku masih bekerja”. Orang tua itu menjawab, “Mereka memang seburuk-buruk kaum, apabila mereka tahu engkau masih kerja, mereka berjanji akan memberikan hakku, tapi apabila kamu telah bangkit mereka kembali mengingkarinya”. Lalu orang itu berkata, “Pergilah, besok siang datang lagi”.

Hilanglah kembali kesempatan tidur siangnya. Lalu keesokan harinya dia menunggu kedatangan orang tua itu, namun dia tidak juga kunjung datang, sementara rasa kantuk menggelayuti dirinya. Maka dia berkata kepada salah seorang keluarganya, “Jangan biarkan seorang pun mendekati pintu ini sampai aku dapat tidur, aku sangat ngantuk sekali”.

Kemudian datanglah orang tua itu kembali, lalu si penjaga itu berkata, “Jauhi pintu itu, jauhi pintu itu”. Dia berkata, “Aku kemarin telah datang dan menyampaikan maksudku”.  Penjaga itu berkata, “Demi Allah, dia telah memerintahkan kami untuk tidak membiarkan seorang pun mendekati pintu itu”.

Merasa tak dapat melewati sang penjaga, orang tua tersebut melihat ada celah pada dinding rumah, lalu dia memanjat dinding dan masuk ke rumah lewat celah tersebut. Kemudian dia mengetuk pintu orang tersebut. Lalu orang orang itu terbangun dan langsung berkata kepada sang penjaga, “Wahai fulan, bukankah aku telah perintahkan engkau?” dia menjawab, “Dia tidak datang dari sisiku, perhatikanlah darimana dia datang?”

Lalu orang itu memperhatikan pintu rumah, ternyata terkunci, dan orang tua itu ternyata telah berada di dalam rumah. Maka kini ia dapat mengenalinya, lalu dia berkata, “Apakah engkau musuh Allah?” Dia berkata, “Ya, Engkau telah menggagalkan semua rencanaku, maka aku berusaha dengan segala cara agar engkau marah”.

Karena itu, Allah menamakan orang tersebut Zulkifli, karena dia menanggung urusan lalu dia menunaikannya.  

Abu Hatim meriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari, dia berkata, “Zulkifli bukanlah seorang nabi. (Diriwayatkan) bahwa ada orang saleh yang setiap hari shalat seratus kali, lalu Zulkifli menanggung perbuatan orang tersebut sesudah dia wafat dengan shalat sebanyak seratus kali, maka dia disebut Zulkifli (Orang yang menunaikan tanggungan).

Adapun hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ibnu Umar yang berkata, Aku mendengar Rasulullah bersabda,

“Al-Kifl adalah orang dari Bani Isra'il yang dahulunya tidak peduli dengan dosa yang diperbuatnya. Suatu saat seorang wanita mendatanginya dan memberinya uang 60 dinar dengan imbalan agar dia menidurinya. Ketika Al-Kifl sudah hendak melakukan sebagaimana layaknya seorang suami hendak menggauli isterinya, tiba-tiba wanita itu gemetar dan menangis. Al-Kifl bertanya kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis? Apakah aku memaksamu?” Wanita itu menjawab, “Tidak, akan tetapi perbuatan ini belum pernah saya lakukan sama sekali, hanya saja saya terdorong melakukannya karena butuh”. Lalu Al-Kifl berkata, “Engkau hendak melakukan perbuatan yang belum pernah sama sekali engkau lakukan?” Setelah itu dia bangkit lalu berkata, “Ambillah uang dinar itu untukmu”. Setelah itu dia berkata kembali, “Demi Allah, Al-Kifl tidak akan bermaksiat lagi kepada Allah selamanya”. Lalu pada malam itu juga dia meninggal. Kemudian di pintunya tertulis, “Allah telah mengampuni Al-Kifl”

Hadits ini sangat gharib dan sanadnya perlu dikritisi.

Seandainya pun hadits ini shahih, maka yang dimaksud bukanlah Zulkifli (yang disebut dalam Al-Quran). Karena redaksi dalam haditsnya hanya menyebut Al-Kifl (saja) tanpa tambahan (Zul). Maka dia adalah orang lain, bukan yang dimaksud dalam Al-Quran.

Itulah cerita singkat mengenai kisah nabi zulkifli, semoga kita bisa mengambil faidah-faidah dari kisah Beliau. Baca juga kisah para nabi lainnya seperti sejarah Nabi Yusuf, dan kisah Nabi Adam As.


Sumber: Kisah Para Nabi (terjemahan bahasa Indonesia oleh Abdullah Haidir)