Tafsir Surat Al Kautsar

tafsir surat al kautsar

Arobiyahinstitute.com | Surat al kautsar adalah salah satu surat yang berada di juz 30. Ia merupakan surat ke-108 dari 114 surat yang ada di dalam Al Qur’an.  Insyaallah pada artikel ini kami akan membahas tentang tafsir dari surat ini, menggali apa yang terkandung didalamnya.

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ (3)

Artinya: “sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkorbanlah, Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (Qs. Al Kautsar: 1-3)

Untuk memudahkan yang belum bisa membaca tulisan arab, berikut kami sertakan tulisan surat al kautsar latin.

“Innaa a’thainaakal kautsara, fashalli lirabbika wanhar, innasyani’aka huwal abtaru”

Surat al kautsar tergolong surat makkiyah, ia diturunkan setelah surat al adiyat sebagaimana yang dikatakan oleh Syekh Abdul Karim Yunus Al Khatib dalam kitab tafsirnya at-tafsirul qur’anii lilqur’an. 

Maksud dari surat makkiyah adalah bahwasanya ia diturunkan pada waktu sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Adapun surat yang diturunkan setelah Nabi Muhammad SAW hijrah kemadinah disebut surat madaniyah.

Surat al kautsar menjelaskan bahwasanya Allah telah memberi Nabi Muhammad kenikmatan yang banyak, diantaranya adalah sungai “ al kautsar” di surga yang mana hal itu menjadi karomah bagi Rasulullah dan ummatnya. Kemudian Allah menyuruh Rasulullah untuk mendawamkan melaksanakan shalat fardhu dan shalat sunnah semata mata melaksanakannya untuk mengharap ridha Allah. Begitu juga Allah menyuruh menyembelih hewan Qurban berupa kambing atau unta atau yang semisal dengannya dengan niat ikhlas lillahi ta’ala, bukan untuk yang lain.  Hal ini sebagaimana disebutkan dalam surat Al An’am:

قُلْ: إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيايَ وَمَماتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ، لا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ [الأنعام 6/ 162- 163]

Artinya: “katakanlah : sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, tuhan semesta alam, Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama tama menyerahkan diri kepada Allah” (Qs. Al An’am ;162-163)

Hal ini berlawanan terhadap kebiasaan orang kafir dimana mereka shalat untuk selain Allah, dan berqurban juga untuk selain Allah. Akan tetapi mereka shalat dan qurban untuk berhala berhala yang mereka jadikan tuhan. Oleh sebab itu Allah memerintahkan Nabi-Nya shalat dan qurban hanya diperuntukkan Untuk Allah semata.

Disisi lain Qatadah, atho’ dan ikrimah mengatakan bahwa yang dimaksud perintah shalat dalam ayat kedua adalah “shalat ‘idh (‘idhul adhha)”. Kemudian ibnu katsir juga mengatakan yang dimaksud perintah menyembelih adalah menyembelih hewan qurban pada tanggal 10 dzulhijjah adapun waktunya adalah setelah shalat ‘idh (‘idhul adhha).

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan al barra’ bin azib:

عن البراء بن عازب : «كان رسول اللَّه صلّى اللَّه عليه وسلّم يصلي العيد، ثم ينحر نسكه، ويقول: من صلّى صلاتنا، ونسك ونسكنا، فقد أصاب النسك، ومن نسك قبل الصلاة فلا نسك له (رواه البخاري ومسلم)

Artinya: “ dari al barra’ bin azib : “dahulu Rasulullah SAW shalat ‘idhul adhha, kemudian menyembelih hewan qurbannya, kemudian berkata: “Barangsiapa yang melakukan shalat seperti shalat kami dan menyembelih sembelihan kami maka sungguh ia telah telah melakukan kurban, dan barang siapa yang menyembelih sebelum shalat ‘idhul adhha maka tidak ada qurban baginya” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadita di atas merupakan hadits shahih karena diriwayatkan oleh imam bukhari dan imam muslim, dimana kitab shahih bukhari merupakan kitab paling shahih setelah al qur'an.

Kemudian pada ayat terakhir إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ yang berarti “sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)” merupakan bantahan bagi sebagian orang musyrik, diantaranyaa adalah Al Ash Bin Wa’il yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad abtara (terputus, atau juga bisa bermakna orang yang tidak memiliki anak) ketika meninggal anaknya yang bernama Abdullah. 

Itulah pembahasan mengenai tafsir surat al kautsar, yang mana surat ini memiliki pembahasan yang luas meskipun hanya terdiri dari 3 ayat saja. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kandungan surat ini dan bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari hari.