Penjelasan Tentang Munada
Arobiyahinstitute.com | Hai sahabat arobiyah institute, kaifa halukum jami'an? (Bagaimana kabarnya kalian semua?) Semoga baik-baik saja ya. Masih melanjutkan pembahasan tentang manshubatul asma’, sekarang kita memasuki bab munada. Ada yang tau apa itu munada?. Simak penjelasannya berikut ini.
Pengertian munada
Dalam
memanggil seseorang, kita biasanya mengewalinya dengan hai, wahai, atau yang lainnya
sesuai kebiasaan masyarakat kita. Rasa rasanya jarang kita memanggil seseorang
langsung namanya. Aturan dalam hal manggil memanggil itulah yang dipelajari
dalam bab munada ini.
Secara
bahasa munada adalah bentuk isim maf’ul dari kata نَادى yang berarti yang dipanggil. Adapun secara
istilah, adalah sebagai berikut:
الْمُنَادَى اسْمٌ يَقَعُ بَعْدَ أَدَاةٍ
مِنْ أَدَوَاتِ النِّدَاءِ
Artinya:
“munada adalah kalimah isim yang terletak sesudah huruf nida’” (fuad nikmah, mulakhas qawaidil lughatil arabiyah, mesir: nahdhotu
misr, h. 81)
Huruf nida’
Fuad
nikmah menyebutkan dalam bukunya, bahwa huruf nida’ ada 3 macam:
Huruf Nida’ |
|
Digunakan
untuk segala jenis panggilan |
يَا |
Digunakan
untuk panggilan dekat |
الْهَمزَةُ
(أَ) |
Digunakan
untuk panggilan jauh |
أَيَّا
وَهّيَّا وَ أى |
Semua
huruf nida’ di atas mempunyai arti yang sama, yaitu “hai / wahai”.
Contoh munada
Contoh munada |
|
يَا مُحَمَّدُ
إِقْرَإِ الْقُرْآنَ |
1 |
Hai
muhammad, bacalah al-Qur’an |
|
يَا عَبْدَ
اللَّهِ |
2 |
Hai
abdullah |
|
يَا رَجُلًا |
3 |
Hai
seorang laki-laki |
Macam-macam munada
Munada
mempunyai 5 macam, yaitu:
1.
al-mufrad al-‘alam (nama yang mufrad)
2.
nakirah maqsudah (mengkhususkan panggilan kepada sesorang)
3.
nakirah gairu maqsudah(memanggil kepada seseorang secara umum, tidak dikususkan
kepada seorangpun)
4.
mudhaf
5.
sibhul mudhaf (menyerupai mudhaf)
Dari kelima macam munada di atas, dua diantaranya mabni ‘alarraf’I dan sisanya di i’rab manshub.
1.
munada mabni
Munada
akan mabni ‘alarraf’i jika ia berupa sebuah nama atau nakirah
maqsudah. Maksud dari mabni ‘alarraf’i
adalah kata terakhirnya memiliki tanda seperti tandanya I’rab rafa’(
yaitu dhammah, alif dan nun, wauw dan nun). Baca artikel tentang pembagian isim ditinjau dari sisi
I’rab dan bina’ untuk lebih jelasnya. Contoh:
Contoh Munada Mabni |
||
Munada
al-mufrad al-‘alam |
يَا مُحَمَّدُ |
1 |
Hai
muhammad |
||
يَا
مُحَمَّدَانِ |
2 |
|
Hai
2 muhammad |
||
يَا
مُحَمَّدُوْنَ |
3 |
|
Hai
muhammad yang banyak |
||
Munada
nakirah maqsudah |
يَا رَجُلُ |
4 |
Hai
seorang laki-laki |
||
يَا رَجُلَانِ |
5 |
|
Hai
2 orang laki-laki |
||
يَا رِجَالُ |
6 |
|
Hai
banyak laki-laki |
2.
munada manshub
Munada
akan dii’rab manshub jika ia berupa mudhaf, atau sibhu mudhaf, atau naqirah
gairu maksudah.
Contoh Munada
Manshub |
||
Munada
nakirah gairu maqsudah |
يَا رَجُلًا
خُذْ بِيَدَي |
1 |
Hai seorang
laki-laki, pegang tanganku |
||
Munada mudhaf |
يَا رَسُوْلَ
اللَّهِ |
2 |
Hai utusan
Allah |
||
Munada sibhul
mudhaf |
يَا طَالِعًا
جَبَلًا |
3 |
Hai pendaki
gunung |
||
يَا حَسَنًا
وَجْهُهُ |
4 |
|
Hai yang
ganteng wajahnya |
||
يَا رَحِيْمًا
بِالْعِبَادِ |
5 |
|
Hai yang baik
hati kepada hamba |
Cara
membedakan nakirah maksudah dan nakirah gairu maksudah
Jika kita melihat contoh keduanya di atas,
sekilas tampak sama. Namun tentu keduanya mempunyai perbedaan. Perhatikan
contoh nakirah maksudah di atas, harakat akhirnya berupa dhammah dan
tidak bertanwin (يَا رَجُلُ ). Sedangkan pada nakirah
gairu maksudah, harakat akhirnya berupa fathatain (يَا
رَجُلًا ).
Lantas kapan kita memakai nakirah maksudah
dan kapan kita memakai nakirah gairu maksudah?. Disini saya akan memberikan
gambarannya.
Misalnya kita lagi jatuh dari motor dan
tidak bisa berdiri. Kita butuh pertolongan sesegera mungkin untuk membantu kita
berdiri atau membawa kita ke rumah sakit. Kemudian kita berteriak minta
pertolongan karena disekitar kita tidak ada orang sama sekali, maka yang kita
gunakan adalah nakirah gairu maksudah. Kita berharap pertolongan
kepada siapapun yang mendengan teriakan permintaan tolong kita. Namun apabila
disekitar kita ada banyak orang, ada laki-laki dan perempuan, sedangkan kita
mengharap pertolongan dari seorang laki-laki, maka yang kita gunakan adalah nakirah
maksudah.
Munada yang ber alif lam
Apabila munada ber alif lam, maka setelah
huruf nida’ ditambah (أَيُّهَا) untuk mudzakkar atau (أَيَّتُهَا) untuk mu’annats. Contoh:
Contoh munada
yang ber alif lam |
|
يَأَيُّهَا
النَّاسُ |
1 |
Hai
para manusia |
|
يَأَيُّهَا الطُّلَّابُ |
2 |
Hai
para murid |
|
يَأَيَّتُهَا النَّفْسُ
الْمُطْمَئِنَّةُ |
3 |
Hai
jiwa yang tenang |
Bisa juga setelah huruf nida’, ditambah isim isyarah, contoh:
يَا هَذَا الرَّجُلُ |
1 |
Hai
laki-laki |
|
يَا هَذِهِ
الْفَتَاتُ |
2 |
Hai
gadis |
Menghapus huruf nida’
Kadang-kadang huruf nida’ dihapus dari dalam kalimat dan menyisakan
munadanya. Contoh:
Asalnya |
Contoh munada
yang dihapus huruf nida’nya |
|
يَأَيُّهَا
النَّاسُ |
أَيُّهَا
النَّاسُ |
1 |
Hai para
manusia |
||
يَأَيُّهَا
الطُّلَّابُ |
أَيُّهَا الطُّلَّابُ |
2 |
Hai para
murid |
||
يَا زَيْدُ
خُذْ هَذَا |
زَيْدُ
خُذْ هَذَا |
3 |
Hai zaid,
ambil ini! |
Apabila munada disandarkan ke ya’ (ي) mutakallim
ya’ (ي) mutakallim adalah dhamir kepemilikan yang kembali kepada yang berbicara (saya/aku).
Contoh:
Temanku |
صَدِيْقِيْ |
Rumahku |
بَيْتِيْ |
Pulpenku |
قَلَمِيْ |
Sekolahku |
مَدْرَسَتِيْ |
Kepalaku |
رَأْسِيْ |
Nah apabila munada disandarkan kepada ya’ (ي) mutakallim, maka ya’nya boleh dihapus. Contoh:
Artinya
|
Asalnya
|
Apabila
dihapus ya’ mutakallimnya |
No
|
Temanku |
يَا
صَدِيْقِيْ |
يَا
صَدِيْقِ |
1 |
Hai
ustadku |
يَا
أُسْتَاذِيْ |
يَا
أُسْتَاذِ |
2 |
Hai
pamanku |
يَا
عَمِّيْ |
يَا
عَمِّ |
3 |
Hai
bapakku |
يَا
أَبِيْ |
يَا
أَبَتِ |
4 |
Hai
ibuku |
يَا
أُمِّيْ |
يَا
أُمَّتِ |
5 |
Kusus untuk contoh nomor 4 dan 5, yaitu untuk bapak dan ibu, ya’ mutakallimnya dihapus kemudian diganti huruf ta’ seperti di contoh.
I’rab munada
Sebagaimana disebutkan dalam pembagian
munada di atas, bahwa munada ada yang mabni dan ada yang mu’rab. Adapun yang
mabni, ia mabni alarraf’i. sedangkan yang mu’rab, ia beri’rab manshub. Apabila ia
berupa isim mufrad, maka tanda nashabnya adalah harakat fathah. Apabila ia
berupa isim mutsanna, maka tanda nashabnya adalah huruf ya’. Apabila ia jamak
mu’annats salim maka tanda nashabnya adalah harakat kasrah. Apabila ia jamak
mudzakkar salim maka tanda nashabnya adalah huruf ya’. Dan apabila ia jamak
taksir maka tanda nashabnya adalah harakat fathah.
Berikut ini saya berikan contoh dalam mengi’rab
munada:
يَا رَسُوْلَ
اللَّهِ
يَا : حرف النّداء مبني على السكون
رسول : منادى
منصوب وعلامة نصبه الفتحة وهو مضاف
الله : لفظ
الجلالة مجرور وعلامة جره الكسرة مضاف إليه
يَأَيُّهَا
النَّاسُ
يَا : حرف النّداء مبني على السكون
أي : منادى مبني على الضم في محل نصب
هَا : حرف تنبيه مبني على السكون
النَّاس : بدل من "أي" مرفوع وعلامة رفعه الضمة
Cukup
sekian pembahasan tentang munada, semoga penjelasan di atas bisa dipahami. Selamat
belajar, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Referensi:
Mulakhas
qawaidullughatil arabiyah (fu’ad nikmah)
Mutammimah
al-ajurumiyah (syamsuddin muhammad bin muhammad arraini)
Posting Komentar untuk "Penjelasan Tentang Munada "
Posting Komentar